Tuesday, November 24, 2009

kurva sinusoidal dalam kehidupan - kesepian dan keramaian

para bijaksana mengatakan: kehidupan itu layaknya sebuah roda yang berputar, tidak ada sesuatu yang tetap, yang tetap adalah perubahan itu sendiri..

demikian juga dengan suasana hati ternyata. tidak pernah tetap.

ada di suatu masa dimana hati ini dipenuhi dengan kegembiraan dan keramaian. hingar bingar dan riuh nya suasana yang kita rasakan. adrenalin terpompa untuk menyalurkan darah dengan kencang dan segalanya menjadi penuh dengan warna dan keriangan.

ada juga suatu masa dimana hati ini merasa kesepian meskipun di tengah kerumunan. perasaan sendirian, tertinggalkan, atau mungkin ternafikan. meskipun itu tak pernah terucapkan.

kalau dulu kita belajar matematika tentang fungsi sinus, cosinus, tangen, dll
kita akan belajar juga tentang kurva setiap fungsi. dan ternyata suasana hati maupun kehidupan itu layaknya sebuah kurva sinusoidal, kadang melambung ke atas, kemudian turun menukik ke bawah sampai titik terendah, lalu naik lagi. demikian seterusnya kejadian itu berulang walaupun mungkin lamanya tidak selalu sama

jika demikian maka mungkin kita yang harus menata diri kita sendiri untuk mensikapi setiap saat dengan semestinya, saat kita ada di atas putaran, mungkin kegembiraan itu tidak harus terlalu berlebihan. demikian juga saat kita ada di titik nadir dalam hidup maupun suasana hati kita, harus diyakinkan bahwa ini akan berganti menjadi lebih baik.

Gibran mengatakan kebahagiaan dan kesedihan itu bagaikan dua tamu yang mengetuk pintu rumahmu, saat engkau membukakan pintu untuk yang satu, maka yang lain akan datang mengikutinya. dan bergantian akan menyapamu.

seperti juga para bijaksana mengatakan: kehidupan itu layaknya sebuah roda yang berputar, tidak ada sesuatu yang tetap, yang tetap adalah perubahan itu sendiri..

-di tengah siang-

Thursday, November 19, 2009

hidup ini bukan hanya sebuah pilihan tetapi juga perjuangan

beberapa malam yang lalu saat di jalan saya dilewati oleh sebuah mobil pick-up terbuka di jalan.
tidak ada yang istimewa dengan mobil tersebut, hanya sebuah pick-up biasa yang lewat di jalan di tengah malam.

tetapi ada satu hal yang menarik ketika saya melihat bagian belakangnya.
saya melihat di belakang mobil itu duduk berjajar lima orang ibu menghadap belakang, tidur dalam posisi duduk tepatnya karena kepala mereka terangguk-angguk seiring dengan gerakan mobil di jalan.
saya tidak tahu siapa ibu-ibu ini tapi yang saya berfikir mereka baru pulang dari bekerja (beberapa masih memakai boot dari plastik), dan karena kelelahan mereka sampai tertidur di belakang pick up terbuka yang tentu saja ini berbahaya karena mereka bisa terjatuh jika ada goyangan mobil atau posisi tidur yang berubah.
atau mungkin saja mereka sudah sering menjalani hal ini sehingga pertimbangan keselamatan tidak lagi menjadi hal yang signifikan untuk dipikirkan. selain kepercayaan kepada sang sopir tentu saja (atau mereka sudah terlalu lelah untuk memikirkan hal-hal seperti itu, yang penting bisa istirahat karena besok harus mengulangi lagi aktivitas berat berikutnya)

ada dua pilihan saya saat itu, melupakan saja pemandangan ini sebagai sebuah hal yang biasa, atau mencoba memikirkan dan merenungkannya. saya memilih yang kedua.

ibu-ibu tadi mengajarkan kepada saya, dan mungkin juga kita, bahwa kehidupan ini tidak sekedar sebuah pilihan. pilihan apapun itu bisa menjadi sebuah penyesalan ketika yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. masalahnya tidak selalu semuanya menjadi seperti yang kita harapkan. dunia kadang terasa tak adil dengan tidak mengabulkan pilihan-pilihan kehidupan kita.
akan tetapi para ibu tadi mengajarkan secara nyata dan sederhana bagaimana mensikapi hidup dan kehidupan ini dalam tindakan mereka. tidak penting apakah pilihan yang diambil itu berjalan sesuai dengan harapan atau apa yang dikehendaki, hidup ini harus tetap berjalan dan diperjuangkan.
ketika perjuangan itu berarti penderitaan, kerja keras, melakukan hal yang nampaknya sia-sia dan tiada harapan, hanya sekedar mengalir hari demi hari untuk menghabiskan waktu yang terus berjalan tanpa ada perbaikan - tetap saja harus diperjuangkan dan dilakukan. menjalani setiap hal dengan sederhana, dan apa adanya akan tetapi tetap memperjuangkan tujuan dan harapan mereka, bahkan ketika seakan tiada hasil sekalipun.

tidak perlu berdalih dengan teori atau rumusan-rumusan dogma maupun filsafat apapun,
jalani saja hidup ini dengan apa adanya. saat dihadapkan pada sebuah pilihan maka pilihlah, saat hasilnya tidak sesuai yang diharapkan tetap terus berjuang dan jalani setiap hal dengan sepenuhnya.

semoga ibu-ibu tadi, yang tidak kenal, bisa mengajarkan kepada saya-dan mungkin juga kita, bahwa hidup ini bukan hanya sebuah pilihan akan tetapi juga perjuangan.
siapapun kita, apa yang kita lakukan, apa yang kita pilih dan hidupi, apapun tujuan kita, perjuangkanlah itu...

salam,

Wednesday, November 18, 2009

tentang kekuatiran

kadang kita kuatir akan hal-hal di depan kita, apa yang akan kita alami nantinya
kita kuatir bahwa kita akan kecewa, tidak mendapatkan apa yang kita inginkan
kita kuatir bahwa berdasarkan pengalaman masa lalu kita, kita akan mendapatkan lagi sesuatu yang tidak kita harapkan

kekuatiran mempunyai kekuatan yang sangat besar saat mencengkeram kita, kita jadi tidak mampu berpikir jernih, mulai melakukan hal-hal bodoh, tidak bisa merencanakan tindakan dan perbuatan kita dengan baik.

masalahnya kemudian apakah ketika kekuatiran itu ada di dalam hati atau pikiran kita, kemudian kita tidak akan bergerak maju atau melangkah melakukan sesuatu hal?
ada di dalam buku suci dikatakan:siapakah daripadamu yang dengan kekuatiranmu bisa menambahkan sejengkal saja daripada usiamu?

masa depan memang tidak pasti tapi bukankah kita yang akan mengusahakan masa depan kita, kalau kita membiarkan ketidakpastian menutupi langkah kita bagaimana kita bisa mengembangkan potensi yang ada.

yang mau saya katakan adalah bahwa semua itu ada di dalam pikiran kita masing-masing.mundur sejenak untuk pikirkan dan menimbang semuanya, tentukan apa yang menjadi keinginan dan tujuan kita yang sebenarnya kemudian mulailah melangkah. jangan biarkan kekuatiran itu melingkupi kita selamanya dan kemudian kita jadi tidak melakukan apapun karenanya.

mungkin dalam proses dan dinamika perjalanan kehidupan kita, tidak selalu berjalan dengan baik dan tidak selamanya kita akan berhasil dengan apa yang kita usahakan. that's fine. it's life. tetapi bahwa kita sudah mengambil keputusan untuk melangkah, dan kemudian menjalaninya itulah yang lebih penting. karena proses itu tidak akan pernah menjadi sia-sia. kita akan belajar dari jatuh bangunnya perjuangan, pahit getirnya usaha, dan apa yang kita lakukan. kemudian saat hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan, bukankah nikmatnya akan tidak tertahankan?

jadi jangan biarkan kekuatiran menjadi batas yang memisahkan kita dengan tujuan dan harapan yang kita inginkan, anda dan saya...

Thursday, November 12, 2009

dewasalah kawan

Ketika kaki – kaki kecil melangkah di atas jalan
Tidak hanya sepasang kaki itu yang melangkah
Ada berbagai rona emosi dan perasaan yang melangkah bersamanya
Jalanan memang tidak selamanya berbatu
Kadang mulus dan menurun walau terselingi oleh kelokan tajam dan tanjakan tak terduga
Tapi itu menjadikan kita tetap terbangun, tidak tidur ketika kita harus melangkah
Kadang kita merasa nyaman ketika melangkah di atas jalan yang mendatar dan mulus
Tetapi sungguh tidak menyenangkan jika kita melangkah di tanjakan, apalagi jika jalanannya berbatu.
Tapi apakah kita pernah berpikir, bahwa dengan menanjak di jalan yang berbatu itulah
Yang menyebabkan kaki-kaki kecil kita menjadi lebih kuat, dan menjadikan kita lebih merasa nyaman ketika ada di jalan yang mendatar
Mungkin akan ada goresan dan luka, tetapi bukankah itu sebuah hal yang biasa dalam sebuah perjalanan?
Goresan dan luka mungkin akan berbekas dan bekasnya tidak mudah atau mungkin tidak dapat hilang
Tetapi kaki-kaki kecil kita akan menjadi lebih kuat dan terbiasa untuk melangkah di berbagai keadaan jalan manapun
Ketika kaki – kaki kecil melangkah di atas jalan
Tidak hanya sepasang kaki itu yang melangkah
Ada berbagai rona emosi dan perasaan yang melangkah bersamanya
Kadang ketika melangkah kita akan bertemu dengan orang yang menyenangkan
Itu akan membuat kita bahagia dan bersemangat untuk meneruskan perjalanan
Apalagi jika orang itu mau menjadi teman seperjalanan kita
Melangkah bersama
Di jalan yang empuk dan mendatar
Tapi juga temani kita di tanjakan maupun kelokan tajam
Jika itu yang terjadi bersyukurlah
Tapi terkadang pula kita bertemu dengan orang yang tidak menyenangkan
Bahkan mungkin ia menjadi sebuah kutukan bagi kita
Celakanya lagi jika kita harus berjalan bersamanya
Di jalan yang tidak selalu mulus, tetapi penuh dengan tanjakan dan kelokan tajam
Tapi apakah celaka?apakah bahagia?
Hanya sebuah perasaan semu yang begitu cepat tergantikan
Bahagia pun dapat menjadi sebuah celaka jika dipandang dari sudut yang berbeda
Celaka pun dapat menjadi bahagia ketika kita mampu memaknainya
Ketika kaki – kaki kecil melangkah di atas jalan
Tidak hanya sepasang kaki itu yang melangkah
Ada berbagai rona emosi dan perasaan yang melangkah bersamanya
Kadang pula kita harus melangkah seorang diri
Meskipun melewati kegelapan jalan yang seakan tak berujung
Akankah kita berhenti dan menangis ketakutan
Meratapi nasib yang menjadi hantu kematian
Atau kita tetap melangkah
Meski tertatih-tatih
Meraba dalam gelap
Hanya dengan bekal harapan
Bahwa ada yang lebih baik di ujung jalan
………………
……………………….
…………………………………….
Pernahkah kita mempertanyakan
Kenapa kita harus terus melangkah
Akankah ada sesuatu yang lebih indah di depan sana
Bukankah mungkin saja kematian yang kan kita jelang di depan
Ah………….
…………………..
…………
………………………….
Tapi kenapa harus mempertanyakan alasan kita terus melangkah
Bukankah lebih baik kita nikmati saja langkah demi langkah
Tak usah pikirkan bahwa kita adalah pecundang jika berhenti melangkah
Jangan pula pikirkan bahwa kita adalah pemenang dengan terus melangkah
Tetaplah melangkah
Tetaplah berjalan
Dan nikmati sajalah langkah – langkah kita
Selagi kita masih dapat melangkah
Bukankah setiap langkah adalah anugerah?


Jakarta, antara idealisme, realitas, keinginan, ketika menyapa nilai diri dalam sebuah kehidupan………………dewasalah kawan……………

Homeless People (In Jogjakarta) How To End The Reality Of Poverty

A house is something visible. It is a place in which to be. It is where children study, play, and grow. It is where friends and family come to visit. “There is nobody who has peace without a house”. A house is incredibly important to a family. A house is to a family like what soil is to a plant. It is place to be rooted, a foundation on which children can grow, develop, and become all that they want to.
But millions of people all over the world do not have a decent house in which to live. Even in developed counties like the United States, Canada, and the United Kingdom, or New Zealand there are thousands of families who have no decent place to live. In developing countries, like Indonesia, the number of families who have no decent place to live are much greater.
Homeless people seems to be the endless story, because the reality have been existing for very long time. But it is our duty as human being to help them, solving their problems, and trying to make their life better.
Before thinking about how to solve the problems, first of all we have to know exactly about homeless people and their problems in order to make the best solution.
According to the Stewart B. McKinney Act, 42 U.S.C.  11301, et seq. (1994), a person is considered homeless who “lacks a fixed, regular, and adequate night-time residence and; …has a primary night time residency that is (A) a supervised publicly or privately operated shelter designed to provide temporary living accommodations…(B) an institution that provides a temporary residence for individuals intended to be institutionalized, or (C) a public or private place not designed for, or ordinarily used as, a regular sleeping accommodation for human beings”. In this essay I will compare the reality of homeless people in Jogjakarta as a focus of this project with homeless people in other culture (I choose U.S with American culture), and I will try to make the best and real solution based on both culture to help homeless people in Jogjakarta.

1. The Characteristic of Homeless People
I will explain the characteristic of homeless people in American Culture first. Based on the survey from U.S. Department of Agriculture, Rural Economic and Community Development who work together with National Coalition For the Homeless on February 1999, The majority of homeless are male; the largest proportion are single men. Illegal immigrants are swelling the ranks of the homeless. One child in five lives below the poverty line, making children the poorest age group in the U.S, which accounts for the growing percentage of children who are homeless. Many homeless people have completed high school; some have attended college and even graduate school, but they are among working poor. A person who earn minimum wage, therefore he can’t earn enough to pay inner-city rent. The homeless are found not only in cities, but also in small town, rural areas, and affluent suburbs. They usually live in the street or in the shelter provided by religious institutions, NGO, or the government. Millions are among the hidden homeless—people who are one crisis away from loosing their homes. They may be doubled or tripled up in housing or 48 hours from eviction or about to leave a hospital with nowhere to go. Rather different with homeless people in U.S, In Jogjakarta the major of homeless are family with or no children. We can see them living in the street, sleeping in public places, some of them make a shelter under the river’s bridge, and the others living in the shelter provided by the government. Usually they come from the rural area with lower education. Most of the homeless people are unemployment or person who has a job with lower income. Their job generally are pedicab driver, garbage collector, street singer and sometimes a blue collar worker.

2. The Causes Of Homeless People
In the U.S, the main factors which largely responsible for the rise in homelessness over the past 15-20 years according to the survey published by National Coalition for The Homeless on June, 1999 are a growing shortage of affordable rental housing and a simultaneous increase in poverty. Homelessness and poverty are inextricably linked. Poor people are frequently unable to pay for housing, food, child care, health care, and education. Difficult choices must be made when limited resources cover only some of these necessities. Often it is housing, which absorbs a high proportion of income, that must be dropped. Being poor means being illness, an accident, or a paycheck away from living on the streets. Two factors help account for increasing poverty : eroding employment opportunities for large segments of the workforce, and the declining value and availability of public assistance. Moreover, a lack of affordable housing and the limited scale of housing assistance programs have contributed to the current housing crisis and to homelessness.
Particularly within the context of the poverty and the lack of affordable housing, certain additional factors may push people into homelessness. Other major factor which can contribute to homelessness are Lack of Affordable Health Care, for families and individuals struggling to pay the rent, a serious illness or disability can start a downward spiral into homelessness, beginning with a lost job, depletion of savings to pay for care, and eventual eviction. Domestic Violence, battered women who live in poverty are often forced to choose between abusive relationships and homelessness. Mental Illness, approximately 20-25% of the single adult homeless population in U.S suffer from some form of severe and persistent mental illness (Koegel et al, 1996).
In Indonesia especially in Jogjakarta the causes is almost the same, but the situation become more complicated. As we already know that homeless people in Jogja usually does not have a job with good salary, so it is like an impossible thing for them although just to rent a house for a moment. The other factor is the price to built a house is increasing every year because of economic crises in Indonesia that also influence condition in Jogja, this condition become worse since the developer always make houses for the middle and upper class to give them a lot of profit. The price of the house can not be reached by the lower class. Sometimes it also related to the basic mental from the homeless people. Some people feel hopeless with their condition and just resign for their fate.
In other words, I can conclude that the causes for homeless people in Jogjakarta especially supported by the social construction in the society. People in the lower class can not try to change and improve their life because there is no way for them to exist. They are placed in the difficult condition and sometimes they become victims because of the development done by the government that factually have side effect to make wider range for poor and rich people. Unfortunately the hsomeless people sometimes become an objects for some institutions to get something from another institutions like funding, publicity, and other things by making some issues among them. It makes the condition becomes more terrible.

3. Why Should The Situation Change
I think both Indonesian and American cultures have same perspective about homelessness and poverty. Homeless people are also citizen and they have the same rights with other citizens to live as normal person who have houses for their family. Moreover, they are also human being and I think it is our duty to work together hand in hand helping them to improve their life. Homelessness and poverty are also our problems and we need to get some effective solutions for ending the bad reality.

Now the big question for us is what are the effective solutions to help the homeless (especially in Jogjakarta)?
The National Coalition for Homeless in America explains some solutions to help homeless people in U.S. According to them Permanent solutions to homelessness must address its fundamental cause; the inability to pay for housing. Permanent solutions to homelessness must address both the shortage of affordable housing and the inadequacy of income to meet basic needs. Permanent solutions must also address the additional need for treatment for people suffering from disabilities.
From the explanation it can concluded that the solutions must :
1. Ensure Affordable Housing. Provide subsidies to make existing housing affordable; create additional affordable housing through rehabilitation and where needed, new construction.
2. Ensure Adequate Income. Ensure that working men and women earn enough to meet basic needs, including housing; ensure that those able to work have access to jobs and job training; ensure that those not able to work are provided assistance adequate to meet basic needs, including housing.
3. Ensure Social Services. Ensure access to social services, including health care, child care, mental health care and substance abuse treatment.
4. Prohibit Discrimination. Prohibit laws that discriminate against homeless people, including laws that specifically target them or activities they must engage in because they are homeless.

Permanent solutions must also prevent people from becoming homeless. New policies that address the underlying structural causes of homelessness—by addressing housing, income, and treatment problems—must coincide with specific prevention policies to stem the rising tide of homelessness.
In U.S, increasingly, homelessness affects not only the very poor, but also working and middle class Americans (U.S Bureau of the Census. Poverty in the United States : 1997). Middle class families are increasingly unable to afford to buy, or even rent, their own homes. Middle class workers are now facing rising unemployment, coupled with declining assistance from “safety net” programs.
I believe that permanent solutions to homelessness reintegrate homeless people into society and foster self-empowerment. Policies that produce affordable housing by employing homeless people are among the necessary policies that strengthen the economy while also helping to end homelessness.
From the survey of U.S Bureau of the Census, pools consistently reveal that the majority of the American Public supports aid to the homeless. According to the pools, the majority of the public understands the underlying causes of homelessness, and 81 % would pay additional taxes to fund increase aid.
In the U.S there so many Non Government Organizations that build shelters or houses for the homeless people. Their action is supporting by the government. The U.S Government provide many laws to help the homeless people get their right, besides that the government also provide funding to built some houses and shelters for the homeless people. There is a synergy between government, religious institutions (like church), and the society to work together help each other making solutions for the homeless.
Maybe it is rather different in Indonesia and also in Jogjakarta. The solutions that applied by the Government to solve the problem of homelessness is not built a house for them but the government evacuates the homeless people in Java to other islands like Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, or Irian Jaya. (the program called transmigrasi). The fact that Indonesian’s government seems to give few attentions to the homeless people make the problem become difficult to be solved. Moreover the developers still ignore the homeless. They still build houses for middle and upper class.
Now, we will focus on homeless people in Jogjakarta. First of all we have to recover their mentality from the hopeless person into optimistic person to facing their future, because it is important for them to have good and strong mentality if they want to change and improve their life.
Considering the condition of the homeless, I think they need some skills to survive. Because most of them come from lower education background, they just have the opportunity to work in informal sectors that generally doesn’t need graduation certification. But they need to have enough skills and experiences. Therefore, we have to give them some courses, and we can cooperate with some institutions who capable for giving that.
Fortunately, in jogjakarta there are also some Non Government Organizations who care about the homelessness. One of the NGO like Habitat For Humanity built simple house to live for the homeless people. They can buy the house in credit without interests. Some students and members of the community work together to build the house in order to reduce the price, so people in lower class can reach it. Habitat For Humanity in Jogjakarta is the affiliate of Habitat For Humanity International whose headquarter is in U.S.
One thing that we also have to do is making our economic foundation become stronger, because homeless people very close to the poverty and it is related to the economic condition of the nation.
And the last, we have to renew our social construction to prevent discrimination for the poor and homeless people. In our national constitution, it is said that every citizens has the same right in working and the right to live as normal people. Based on the statement it is our duty to help each other improving our life.
In conclusion, I want to say that evacuating the homeless people into the new area sometimes is not the best conclusion for them. I think the best conclusion for the homeless people must address both the shortage of affordable housing and the inadequacy of income to meet basic needs. It is also important to reintegrate homeless people into society and empower the homeless people to face their future. Since we have the solutions, there must be no discrimination among people.
From the essay, I think that it is clear for us at this time that homelessness is one of the biggest problems in the world, which also related to poverty. We have to do something for the homeless because it is our duty as human being to help each other in order to make the world become a better place to live.
No Shacks anymore!




Sources
 Koegel, Paul et al. “The Causes of Homelessness” in Homelessness in America, 1996, Oryx Press.
 Fuller, Millard et al. “More Than Houses”, 1999, Word Publishing, Nashville, Tennese.
 Fuller, Millard et al. “The Theology of The Hammer”, 1994, Smyth & Helwys Publishing, Inc. Macon, Georgia.
 Smith, Hedrick et al. “Rethinking America”, 1996, Avon Books, New York.
 Fuller, Milard et al. “A Simple, Decent Place To Live”, 1995, Habitat For Humanity, International, Inc.
 Wright, James D. “Evaluation Review”, 1992, Sage Publications, 2455 Teller Rd, California.
 National Coalition for The Homeless. “Homelessness in America : Unabated and Increasing”, 1997, Washington, DC. E-mail : nrc@prainc.com
 U.S. Bureau of the Census. “Poverty in the United States: 1997”, http://www.census.gov/hhes/www/poverty.html
 Institute of Medicine. “Homelessness, Health, and Human Needs”, 1998, National Academy Press, Washington, DC.
 Burt, Martha, and Barbara Cohen. “America’s Homeless: Number, Characteristics, and Programs that serve them”, 1989, The Urban Institute, Washington, DC.

1 Korintus 3:1-19

Ada dua point yang bisa dikembangkan dari bacaan ini:
1. Tentang iri hati dan perselisihan karena masing-masing pihak merasa dirinya berbeda dengan yang lain
2. Tentang tubuh kita sebagai bait Allah dan bagaimana harus menyikapinya.

Dua thema di atas dapat dikembangkan bersama dalam sebuah renungan, tetapi salah satu hal yang harus diingat adalah untuk siapa renungan ini dibuat. Ketika kita menyiapkan renungan ini untuk remaja atau kaum muda, maka sebaiknya tidak terlalu banyak teori dan pelajaran tetapi lebih pada hal praktis yang menyentuh kehidupan kita sehari-hari.
Perselisihan dan iri hati merupakan dua hal yang sering kita temui dalam kehidupan bersama kita, baik di dalam keluarga maupun di dalam lingkungan kehidupan kita bersama teman dan sesama. Iri hati yang sangat sering muncul ketika melihat orang lain mampu melakukan atau memeperoleh sesuatu sedangkan kita tidak, padahal yang mereka mampu capai atau yang mereka peroleh itu sesuatu yang juga sangat kita inginkan merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan iri hati. Kadang kekayaan, kebahagiaan, prestasi, dan pergaulan orang lain merupakan factor-faktor lain yang merupakan penyebab umum timbulnya iri hati di kalangan orang muda.
Perselisihan muncul apabila ada sesuatu hal yang kita pertentangkan dengan pihak lain, masing-masing pihak merasa paling benar dan tidak mau mengalah, merasa lebih dari pihak yang lain, tidak mau saling bertoleransi dan mencari penyelesaian terbaik bagi semuanya merupan factor-faktor yang pemicu timbulnya perselisihan. Apalagi di kalangan orang muda yang masih penuh dengan idealisme dan keakuan yang begitu besar. Keinginan untuk membuktikan eksistensi diri membuat mereka begitu mudah untuk terlibat dalam perselisihan dengan orang lain.
Perselisihan yang diakibatkan oleh rasa iri hati akan membawa dampak yang lebih buruk lagi dalam sebuah relasi atau hidup bersama dalam suatu komunitas. Terkadang, bangunan persahabatan yang dibangun selama beberapa tahun begitu mudah dihancurkan kurang dalam waktu sehari hanya karena perselisihan yang muncul dari rasa iri hati kepada teman kita.
Rasul Paulus mengajarkan dengan sederhana untuk menghindari perselisihan. Allah menghendaki dan bekerja secara istimewa pada masing-masing dari kita. Dia memberikan talenta yang berlainan kepada kita, karena Dia akan menggunakan kita secara istimewa sesuai dengan keunikan yang kita miliki untuk memuliakan Allah dan berbuat sesuatu bagi sesama. Belajarlah dari jari-jari tanganmu, masing-masing jari berbeda dari yang lain: ada yang paling besar, ada yang paling panjang, ada yang paling kecil, ada jari manis, ada jari telunjuk, tapi jari-jari itu baru akan bisa digunakan dengan optimal oleh yang empunya tangan, jika tersedia lengkap semua jari itu karena mereka akan saling melengkapi satu dengan yang lain. Ada cerita tentang dua buah ember yang dimiliki oleh seorang petani. Satu ember sudah tua dan ada lubang-lubang kecil di dasarnya sehingga air akan selalu keluar menetes dari lubang itu. Ember yang lain masih kuat dan baru, mampu menampung banyak air tanpa ada yang terbuang. Setiap hari petani itu menggunakan kedua embernya untuk mengangkut air dari sungai di ujung desa sampai ke rumahnya. Ember tua yang berlubang merasa berdosa kepada tuannya karena sering sekali air yang dibawa berkurang sampai setengahnya karena habis di perjalanan. Katanya:”Tuan, aku tidak berguna lagi untukmu, dengan tangan manapun engkau membawaku, aku akan selalu meneteskan air, sehingga yang kau dapat akan berkurang. Lebih baik kau buang saja aku dan kau gantikan dengan ember yang baru” jawab petani itu dengan bijaksana”Mungkin kau memang membuat air yang kudapat berkurang, tetapi tak apa…tidakkah kau lihat bahwa di sepanjang jalan dari sungai ujung desa itu samapi ke halaman rumah kita, kanan kiri jalannya penuh dengan tanaman yang indah. Setiap hari ketika membawa air dari sungai, dengan lubang yang ada di dasarmu, engkau telah meneteskan air dan menyirami tanaman itu. Ini berlangsung selama berbulan-bulan sampai tahunan, dan kini kau bisa lihat hasilnya. Jalan itu menjadi indah dipandang…”
Terkadang kita lupa untuk mensyukuri anugerah yang kita miliki karena terlalu sering melihat pada orang lain. Ada baiknya berhenti sejenak untuk berkaca dan melihat ke dalam, mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan secara istimewa kepada kita. Selalu ada maksud ketika Tuhan menjadikan kita dengan keadaan kita sekarang.
Rasul paulus menyatakan bahwa tubuh kita adalah Bait Allah, Roh Allah sendiri tinggal di dalam setiap dari kita. Tak perduli seperti apa kita, dari keluarga mana kita berasal, kaya atau miskin, bodoh atau pandai, jelek atau cakep tetapi roh Tuhan Allah sendiri mau untuk tinggal di dalam kita dan menguduskan kita. Oleh karena itu syukurilah setiap apa yang ada pada dirimu, kondisimu sekarang.berhentilah untuk iri hati dan memikirkan kelebihan orang lain, tetapi galilah lebih dalam talenta yang ada padamu dan apa yang mampu kau lakukan untuk sesamamu. Masih banyak orang lain yang lebih menderita dari pada kita, yang tidak seberuntung kita mampu mengenyam pendidikan seperti kita. Beryhentilah iri hati dan berselisih karena perbedaan yang ada, tetapi bekerja samalah dengan sesamamu untuk melakukan hal-hal benar bagi sesamamu yang membutuhkan. Dengan begitu Engkau bersyukur dan memuliakan Tuhanmu…

Batam, March 10, 2004:22.42

Kuesioner Yayasan Griya Asih

A.
1. Tokoh yang aku kagumi:
__________________________________________________________________________________
2. Bila sudah besar aku ingin bekerja menjadi:
__________________________________________________________________________________

B.
3. Kegiatan yang aku sukai atau sering aku lakukan di waktu luangku (boleh lebih dari satu):
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________

4. Buku-buku yang aku sukai atau sering aku baca (boleh lebih dari satu):
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________

5. Olah raga yang aku sukai atau sering aku lakukan (boleh lebih dari satu):
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________

6. Aku lebih suka (urutkan dari yang paling disukai):
a. Menggambar ___________
b. Menulis ___________
c. Membaca ___________
d. Berhitung ___________
e. Bernyanyi ___________
f. OlahRaga ___________
g. Komputer ___________
h. Lainnya (sebutkan) ___________

7. Aku ingin belajar lebih banyak lagi tentang (boleh lebih dari satu):
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________

C.
8. Kegiatan di Griya Asih yang paling aku sukai
__________________________________________________________________________________

9. Kegiatan yang aku ingin diadakan di Griya Asih
__________________________________________________________________________________

STUDI MODE AKSES MULTICARRIER-CDMA SEBAGAI TEKNIK PENGGABUNGAN TEKNOLOGI OFDM DAN CDMA PADA SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK GENERASI KETIGA

Author
St. Wisnu Kumara Jati
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Co – Author
Dr. Ir. Th. Sri Widodo, Dipl. Ing. Sri Suning K., S.T., M.T.
Jurusan Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik UGM Fakultas Teknik UGM
Yogyakarta Yogyakarta
Abstract
Combining multicarrier (OFDM) and CDMA technologies is attractive for future wireless communication. It is anticipated a good approach to the 3rd generation mobile communication system where users will get access to an array of voice, data, and video communication services anywhere in the world at any time. One of the combinations called Multicarrier-CDMA seems to be the best model for next-generation wireless communication as it can improve performance over frequency-selective fading and inter-symbol interference.
Penggabungan banyak pembawa (OFDM) dengan teknologi CDMA merupakan hal yang menarik untuk komunikasi nir-kabel masa depan.
Ini merupakan langkah antisipasi dalam rangka pendekatan yang bagus untuk sistem komunikasi bergerak generasi ketiga dimana para pengguna dapat mengakses pelayanan suara, data, dan komunikasi video dimanapun di dunia ini setiap saat. Salah satu bentuk penggabungan yang disebut Multicarrier-CDMA kemungkinan akan menjadi model terbaik untuk sistem komunikasi nirkabel masa depan, karena kemampuannya meningkatkan unjuk kerja mengatasi pudaran frekuensi selektif dan interferensi antar simbol.

A. Pendahuluan
Perkembangan telekomunikasi yang semakin pesat dewasa ini ditandai dengan adanya pertumbuhan yang kontinyu dan volume trafik serta pelayanan yang baru mulai mengubah struktur jaringan nirkabel. Komunikasi bergerak masa depan bercirikan unjuk kerja yang tinggi, integration of services, dan fleksibilitas. Hal ini juga ditandai dengan kebutuhan pada jaringan komunikasi yang sangat besar, misalnya video conference, internet, jaringan data, dan multimedia. Kebutuhan yang meningkat semakin tinggi menyebabkan spektrum frekuensi radio yang terbatas menjadi penuh dan tidak memadai lagi.
Salah satu usaha mengantisipasi masalah kebutuhan spektrum tersebut adalah menggunakan teknik spread spectrum (spektrum tersebar) dengan menempatkan banyak pengguna dalam suatu spektrum frekuensi tertentu. Teknik ini menggunakan lebar bidang frekuensi transmisi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan bidang frekuensi isyarat informasi asli (biasanya 102-106 kali). Walaupun kelihatannya teknik ini bertentangan dengan usaha untuk memperkecil penggunaan spektrum, namun penggunaan modulasi tersandi pada teknik spektrum tersebar dapat memberikan tambahan kemampuan pada sistem, di antaranya memperkecil interferensi, anti jamming (daya tahan terhadap isyarat gangguan), serta mampu melakukan akses jamak dengan menggunakan bidang frekuensi yang sama tanpa mengurangi unjuk kerja sistem.
Beberapa teknik sudah dipertimbangkan untuk digunakan pada generasi sistem telepon digital dengan tujuan meningkatkan kapasitas sel yang digunakan, kekebalan lintasan jamak, dan fleksibilitas. Teknik yang disebutkan di atas adalah Code Division Multiple Access (CDMA) dan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Kedua teknik ini dapat dipakai juga pada sistem telepon tetap nirkabel di wilayah kota maupun desa.
Penggunaan spektrum, radio resource, dan multimedia services pada Bit Error Rate (BER) untuk komunikasi multimedia nirkabel, lebih mempertimbangkan Multicarrier-CDMA atau OFDM-CDMA sebagai suatu teknologi yang efektif. Dengan adanya keunggulan pada masing-masing mode akses baik OFDM maupun CDMA maka dapat dilakukan suatu teknik penggabungan antara keduanya.
Salah satu teknik penggabungan yang efektif adalah Multi Carrier (MC)-CDMA. Dengan adanya penggabungan ini diharapkan hal-hal yang dibutuhkan pada sistem komunikasi bergerak generasi ketiga atau lebih dikenal dengan nama International MobileTelecommunication 2000 (IMT-2000) dapat terpenuhi dan lebih diakui secara global sebagai suatu bentuk mode akses efektif pada sistem komunikasi seluler.

B. Dasar Teori
CDMA atau juga dikenal sebagai teknik akses-jamak pembagian sandi merupakan perkembangan dari spektrum tersebar direct sequence (runtun langsung, DS). DS adalah salah satu teknik utama yang digunakan dalam komunikasi spektrum tersebar. CDMA adalah suatu metode akses jamak dengan sejumlah pengguna menempati bidang frekuensi yang sama pada saat bersamaan. Akan tetapi, setiap pengguna mempunyai kode sandi tersendiri yang saling berbeda dan menunjukkan alamat pengguna tersebut. Alasan utama penggunaan teknik CDMA adalah sistem ini dapat menjamin kerahasiaan informasi, seperti telah teruji pada saat digunakan pertama kali oleh kalangan militer Amerika Serikat pada awal 1980-an, dan pada akhirnya dikembangkan untuk keperluan komersial seperti pada sistem komunikasi bergerak.




data masuk data keluar







Konfigurasi sederhana sistem CDMA
OFDM digunakan pada beberapa sistem radio broadcast, termasuk pada sistem High Definition Digital Television (HDTV) dan Digital Audio Broadcasting (DAB). OFDM memungkinkan banyak pengguna untuk menggunakan sinyal melalui bidang yang sudah dialokasikan, yaitu dengan membagi-bagi lebar bidang yang tersedia menjadi beberapa pembawa. Setiap pengguna dialokasikan ke beberapa pembawa sebagai tempat data akan dikirim.




output

data masukan

pemancar




dari pemancar ke penerima



kanal





Sinyal masuk keluaran



penerima

Skema lengkap sistem OFDM

Pengiriman sinyal dilakukan dengan jalan pembawa dibuat orthogonal (tegak lurus) antara satu pengguna dan pengguna yang lain, kemudian dijadikan paket menggunakan teknik Frequency Division Multiplexing (FDM). Hal ini mempermudah OFDM menghasilkan efisiensi spektral yang tinggi, selain memiliki kemampuan untuk mentransmisikan data berkecepatan tinggi pada komunikasi bergerak dengan skema modulasi multicarrier.

C. Metodologi Penelitian
Penulisan tugas akhir ini dilakukan melalui studi literatur berdasarkan makalah-makalah, jurnal, majalah, serta buku-buku yang berhubungan dengan teknologi OFDM, CDMA, dan sistem komunikasi bergerak khususnya komunikasi bergerak generasi ketiga.

D. Hasil Implementasi dan Pembahasan
Pada skema MC-CDMA diasumsikan bahwa jumlah pembawa dan penguatan proses semua sama. Dan kenyataannya jika laju simbol original cukup tinggi untuk menjadi subyek pada pudaran frekuensi selektif, sinyal pertama kali diubah dari seri ke paralel sebelum penyebaran melalui kawasan frekuensi. Hal ini dikarenakan sangat kritis pada transmisi multicarrier untuk mempunyai pudaran frekuensi nonselektif melalui masing-masing sub-carrier.
MC-CDMA lebih banyak digunakan ketika semua sub-carrier dimodulasi secara koheren karena penyebaran pada kawasan frekuensi membutuhkan carrier yang reliable dan phase recovery.
Keunggulan dari teknik MC-CDMA ini ketika diterapkan dalam komunikasi bergerak adalah BER yang sangat rendah.


bK,1(t)

ck1 cos(2fj,1t)



Aliran data bK(t) keluaran
bK,j(t)
T

T=JT’


cKM cos(2fj,Mt)

bK,J(t)




Pemancar MC-CDMA

Cos (2 f1t) C1


Cos (2 f2t) C2

Sinyal yang keluaran
diterima


Cos (2 fNt) CN




Penerima MC-CDMA


Beberapa keuntungan aplikasi MC-CDMA ketika diterapkan dalam komunikasi bergerak dijelaskan sebagai berikut.
 MC-CDMA dapat dipancarkan pada multi-path channel dengan distorsi yang kecil.
 Penggunaan Pengolah sinyal digital yang modern menyebabkan MC-CDMA menarik dan mudah untuk diterapkan.
 Memiliki kemampuan untuk menolak interferensi pada bidang sempit.
 Dengan adanya ekualisasi pada kawasan frekuensi, maka sinyal MC-CDMA dapat dideteksi meskipun menggunakan struktur jaringan penerima yang sederhana.
 Kemampuan untuk menghilangkan Inter Chip Interference (ICI) yang diakibatkan oleh efek Doppler pada masing-masing pembawa.
 Pemilihan faktor penyebaran pada masing-masing sub-carrier menyebabkan MC-CDMA dapat mencapai diversitas frekuensi.
 Panjang durasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan penyebaran tunda menyebabkan sinyal MC-CDMA tidak rentan terhadap tunda penyebaran maupun Inter Symbol Interference (ISI).
 Karena tepi sinyal pada kawasan frekuensi dibentuk dari fungsi sinus bidang sempit, maka pengurangan pada tepi spektrum sinyal MC-CDMA menjadi sangat tajam. Sebagai akibatnya kebocoran spektrum pada bidang frekuensi yang berdekatan menjadi kecil.

E. Kesimpulan
Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) adalah sebuah teknik transmisi dengan membagi bidang frekuensi yang tersedia menjadi beberapa kanal pembawa yang saling tegak lurus.
Sebagai sebuah teknik transmisi multicarrier, OFDM memiliki beberapa kelebihan antara lain efisien dalam pemakaian frekuensi, tahan terhadap frequency selective fading, dan tidak sensitif terhadap sinyal tunda, serta kemampuannya untuk mentransmisikan data dengan kecepatan tinggi.
Code Division Multiple Access (Akses jamak pembagian sandi, CDMA) adalah teknik akses jamak pada spektrum tersebar. Teknik akses CDMA memisahkan pengguna yang satu dengan yang lain melalui suatu bentuk sandi unik secara simultan, pada bidang frekuensi lebar pada waktu yang bersamaan.
Keunggulan dari sistem CDMA dibandingkan dengan pendahulunya (FDMA dan TDMA) adalah daya tahannya pada lingkungan dengan pudaran lintasan jamak tinggi, kemampuan untuk mentransmisikan sinyal informasi dengan daya yang kecil, kemampuan untuk mengurangi interferensi antar sel pada jaringan seluler dan memperbaiki alih tangan dengan kendali daya, kemampuan untuk bergabung dengan transmisi bidang sempit, kemampuan untuk meningkatkan kapasitas, serta privasinya yang tinggi untuk terhindar dari penyadapan ataupun jamming karena menggunakan sandi yang panjang dan acak mirip derau dan memakai spektrum frekuensi yang sangat lebar.
Dengan banyaknya keunggulan dari dua teknologi di atas, maka kombinasi teknologi multicarrier (OFDM) dan CDMA dianggap sebagai suatu teknik yang menjanjikan untuk memenuhi segala aspek kebutuhan yang diperlukan pada lingkungan komunikasi bergerak masa depan, dengan adanya berbagai multistandar dan multisistem.
Ada tiga jenis penggabungan OFDM dan CDMA yaitu Multitone-CDMA, Multicarrier-Direct Sequence-CDMA, dan Multicarrier CDMA yang memiliki BER sangat rendah.
Berbagai keuntungan dan keunggulan didapatkan dari teknik penggabungan ini, laju symbol pada masing-masing sub-carrier dapat direndahkan sehingga didapatkan durasi simbol yang lebih panjang dan memudahkan pada transmisi asinkron. Sinyal gabungan OFDM dan CDMA dapat diterima dengan mengunakan Fast Fourier Transform tanpa adanya kompleksitas tambahan pada pemancar dan penerima. Keuntungan yang lain adalah efisiensi yang tinggi dengan adanya jarak antar sub-carrier yang saling overlap tanpa timbul interferensi.
Pada sisi lain OFDM yang dikombinasikan dengan CDMA dapat menghasilkan pemisahan sumber radio yang lebih bagus pada kawasan waktu, frekuensi, dan kode. Hal ini mengakibatkan sistem memungkinkan pengalokasian sumber radio yang tersedia lebih efektif, sehingga dapat menampung lebih banyak pengguna.
Multicarrier-CDMA (MC-CDMA) merupakan teknik gabungan yang berdasarkan penyebaran pada kawasan frekuensi. Pada skema MC-CDMA diasumsikan bahwa jumlah pembawa dan penguatan proses semua sama. Dan kenyataannya jika laju simbol original cukup tinggi untuk menjadi subjek pada pudaran frekuensi selektif, sinyal pertama kali diubah dari seri ke paralel sebelum penyebaran melalui kawasan frekuensi.
Pada penerima MC-CDMA sinyal yang diterima dikombinasikan pada kawasan frekuensi. Oleh karena itu penerima selalu dapat mempergunakan semua energi sinyal hamburan yang diterima pada kawasan frekuensi. Kenyataan ini adalah keuntungan utama dari skema MC-CDMA di atas skema yang lain, karena penggunaan MC-CDMA dapat menghemat spektrum kawasan frekuensi selain mempunyai nilai Bit Error Rate yang sangat rendah.

F. Daftar Pustaka
Flood, J.E., 1995, Telecommunications Switching, Traffic and Networks, Prentice Hall Europe, Hertfordshire.
Rappaport, T.S., 1996, Wireless Communications, IEEE, Inc, New York.
Schilling, D.L., Taub, H., 1986, Principles of Communication Systems, McGraw-Hill, Singapore.
Viswanathan, T., 1992, Telecommunication Switching Systems and Networks, Prentice-Hall of India, New Delhi.
Winch, R.G., 1993, Telecommunication Transmission Systems, McGraw-Hill, Inc., Singapore.
Chen, K.C., Wu, S.T., November 1999, A Programmable Architecture for OFDM-CDMA, IEEE Communication Magazine, p. 76-82.
Fitzek, F.H.P., Morich, R., Wolisz, October 2000, A., Comparison of Multi-Code Link-Layer Transmission Strategies in 3G Wireless CDMA, IEEE Communication Magazine, p. 58-64.
Hara, S., Prasad, R., December 1997, Overview of Multicarrier CDMA, IEEE Communication Magazine, p. 126-133.
Hasan, D., 2001, Materi Kuliah Umum Global System for Mobile-Communication, Training Section Admin Cellular Division PT. Satelindo, Jakarta.
Jarot, S.P.W., 2001, Teknologi OFDM pada Komunikasi Wireless, Department of Information and Computer Science Keio University, Japan.
Jati, B.P., September 2000, CDMA pada Sistem telepon Seluler, Jurnal Transistor Edisi Vol. 1 No.3, hal. 101-104.
MacNaughton, J., June 2000, 3G Patent Platform for Third Generation Mobile Communication Systems : Definition, Function, Structure, Governance, UMTS IP Association Doc. 99/77.
Multi Carrier Code division Multiple Access, March 2002, Copyright Hughes Software Systems India.

Tuhan, aku dan sesamaku - catatan tahun 2000

Deringan jam weker membangunkan aku dari mimpi indah tidur malamku. Hoahm...
kulirik jarum jam di sampingku, sudah pukul setengah tujuh, saat aku memulai aktivitas dan kegiatan keseharianku, mulai dari kuliah, praktikum, dan mengerjakan tugas-tugas yang lain.
Sejenak aku duduk termangu, merenungkan apa yang telah kujalani selama ini. Kubayangkan saat pertama kali aku diterima di universitas ini, universitas yang terkenal dan telah banyak meluluskan para sarjana terkenal. Kuikuti semua kegiatan dan proses-proses yang lain untuk beradaptasi dari seorang siswa menjadi seorang mahasiswa.
Anganku terus melayang kembali ke masa studiku dalam waktu satu tahun ini, ketika aku harus mengikuti kuliah-kuliah yang berjibun, ditambah dengan praktikum yang beraneka ragam. Aku ikuti semua itu dengan ambisi yang ada bahwa aku harus memperoleh nilai yang baik, apalagi ayah dan ibuku adalah orang-orang yang menempatkan prestasi dan pendidikan di atas segalanya. Waktuku terus kugunakan untuk belajar dan belajar, sehingga tanpa terasa aku menjadi orang yang tidak peduli dengan orang-orang dan keadaan di sekitarku, masa bodoh dengan mereka, yang penting aku harus bisa lulus cepat dengan nilai baik dan memberikan kebanggaan bagi keluargaku.
Tanpa terasa mataku menatap untaian doa di dinding kamarku, doa itu diberikan oleh seorang teman beberapa waktu yang lalu

Others

Lord, help me live from day to day
In such a self-forgetful way
That even when I kneel to pray
My prayer shall be for “others”
Help me in all the work I do
To ever be sincere and true
And know, that all I do for You
must needs be done for “others”
And when my work on earth is done
And my new work in Heaven’s begun
May I forget the crown I’ve won
while thinking still of “others”
“Others” Lord, yes, “others”
Let this my motto be
Help me to live for “others”
That I my live for thee...

Ketika kubaca untaian doa itu kata demi kata, entah kenapa hatiku terusik, anganku melayang semakin jauh ke masa laluku, saat aku berjanji pada Tuhan, untuk menjadi pelayanNya dalam hidupku ini. Saat aku merencanakan mau menjadi orang seperti apa aku ini. Saat itu betapa ku ingin menjadi sosok Yesus kecil, yang perduli pada orang-orang di sekitarNya, yang mau menjadi penolong saat mereka membutuhkan Dia tanpa harus terkekang oleh semua keegoisan dan kepentingan diri.
Air mataku mengalir tanpa terasa

Paskah di dunia yang lain…2001

Gemericik air sungai winongo, ditingkah suara jangkerik memecah kesunyian malam. Entah ini malam yang ke berapa aku berada di tempat ini..sudah berapa minggu, bulan, atau bahkan hampir tiga tahun aku menjalani hidup bersama orang-orang ini, masyarakat miskin perkotaan yang terpinggirkan oleh berbagai sistem peraturan karena ketidak mampuan untuk survive.
Lamat-lamat terdengar di kejauhan suara Aga yang rebutan sepeda dengan Denok, suara Deni yang asyik bermain kejar-kejaran dengan Joko dan Dika…ah anak-anak itu entah mau jadi apa mereka besok…aku tidak yakin mereka akan mampu sekolah sampai ke tingkat universitas, SMA pun masih terlalu mustahil untuk mereka. Apakah kemiskinan harus menjadi warisan turun temurun dari orang tua pada anak-anaknya….
Pikiranku melayang pada orang-orang ini, perjuangan hidup yang terus mereka lakukan untuk bertahan di roda kehidupan yang terus berputar. Pak Palal yang dengan gigih menegadahkan tangannya ngemis di perempatan kemudian malamnya bangun pukul 2 dini hari untuk mayeng mengais tumpukan sampah untuk biaya hidup dan sekolah anak-anaknya, sementara Bu Palal bekerja sebagai buruh cuci untuk tetangganya. Kadang aku kasihan dengan anak-anak mereka. Joko dan yanti sering diejek oleh teman-temannya “Bapakmu wis picak ngemis meneh”, Pak Palal memang buta sebelah matanya tetapi ia sayang sekali pada anak-anaknya. Untung Maryati anak tertua yang duduk di kelas enam SD bisa mengasuh adik-adiknya dengan baik. Aku senang dengan Mryati yang bisa mengerti keadaan orang tuanya tetapi tetap mempunyai harapan akan masa depan yang lebih baik “Mas, ada nggak ya beasiswa untuk aku pengin bisa sampai kuliah” oh seandainya saja kelak ada sarjana dari kawasan kumuh Pingit ini, pasti begitu membanggakan.
Aku pernah mengajak Maryati ikut lomba mengarang di Syantikara, alhamdulilah dia meraih juara dua, sayang uang hasil menang tidak ditabung tapi dibelikan kalung oleh ibunya. Yach pikiran mereka memang lain. Tapi kemarin Maryati kalah waktu ikut lomba bercerita, karena dia merasa malu dan minder bila bergaul dengan anak-anak strata atas yang tentu saja lebih mewah dan bagus pakaiannya..apa mau dikata…..waktu yang akan melatih keberanian dia dengan memberi banyak pengalaman…

R
asanya seperti dua dunia yang berbeda. Pertemuan dengan orang-orang Pingit dan ikut misa Paskah di Kotabaru. .Di Pingit aku ketemu dengan Pak Haryadi yang mereparasi sandal-sandal rusak dan setelah baik lalu malamnya dijual di trotoar Jl. Mangkubumi. Aku bertemu dengan bu Slamet yang jualan es teh dan gorengan di halaman rumah. Berapa sih pendapatannya sehari dengan jualan macam itu ? Paling sehari dapat Rp.2000. Aku juga bertemu dan omong-omong dengan mbah Nono yang jualan salak, dondong, gorengan di samping rumah gedhegnya si Botak. Paling-paling seluruh jualannya kalau dibeli semua seharga Rp.10.000. Atau, pertemuan-pertemuan lain dengan Pak Lan, Pak Palal, mbok Sainem, mbak Yah, Bu Giso, Yudi, Pak Gito. Aku hanya mendengarkan kisah hidup orang. Aku hanya melihat kerja keras dan ketekunan orang-orang itu mencari uang untuk hidup. Aku hanya melihat bagaimana mereka berelaksasi setelah seharian bekerja keras mayeng atau milihi kertas di lapak. Nonton TV, main kartu cina (tentu pake uang dong). Tidak ada suasana Paskah sama sekali ! Apa artinya pengalaman pertemuan dengan mereka itu ?

Kadang aku bingung dengan situasi mereka. Mungkin karena aku terjebak pada penyimpulan subyektif bahwa mereka itu menderita dan layak dibantu agar dapat mentas dari kemelaratan. Sedangkan kerangka kerja yang aku pikir dapat aku gunakan untuk membantu mereka rasanya tidak cukup. Menampung wong-wong kere itu di YSS ternyata tidak menyelesaikan masalah kemiskinan. Setelah mereka ditampung, berarti masalah perumahan bagi mereka terselesaikan, muncul masalah berikutnya. Gaya hidup santai, mentalitas ngemis, rasa tidak memiliki rumah yang dihuni (tidak membersihkan rumah dan halaman, tidak memperbaiki bagian rumah yang rusak, tidak menabung, dll), padu, mencuri. Anjuran menabung juga tidak mudah dilaksanakan. Mereka itu tidak selalu pegang uang setiap harinya.

Terokupasi oleh kisah-kisah perjuangan hidup yang kudengar, oleh tingkah-tingkah hidup yang mereka peragakan, oleh penyimpulan diriku sendiri, rasanya berat. Lalu, ketika aku masuk ke dalam liturgi Paskah, asing rasanya. Aku mencoba mengikuti dinamika rohani yang ada di dalamnya, ... yang kuperoleh sekedar mengingat-ingat saja makna masing-masing hari suci selama tiga hari itu. Sangatlah mendasar makna masing-masing hari itu, tetapi tusukannya tidak bisa menembus kehausanku untuk disentuh oleh Kristus. Aku mengalami kering. Mandeg di kepala. Ah, apalagi para pengunjung misa di Kotabaru adalah orang-orang dari kelompok menengah ke atas. Bersih, berpakaian mahal, tidak saling kenal. Rasanya aku berada di sebuah dunia yang sangat berbeda dengan Pingit.
Inilah wajah kemiskinan yang kutemui. Inilah wajah ketakberdayaan. Rumahnya seperti itu. 3x4 m milik mbak Jan. 2x3 m milik Pak Palal. Pekerjaannya berkisar sekitar : tukang becak, mayeng, jualan makanan kecil-kecilan, lapak, jaga parkir, sopir angkutan umum, ngemis. Kontras dengan Gendut yang naik mobil Lancer dengan handphone yang selalu di tangan. Jauh berbeda dengan Putu yang kerangka berpikirnya soal uang selalu menyangkut angka 6 digit. Amat sangat berbeda dengan sepasang anak muda yang makan minum di Holland Bakerey kemarin siang : bermobil Honda Civic dengan ban dan pelek racing. Mengapa orang-orang Pingit miskin ? Jawabannya jelas. Pemerintah Indonesia (pegawai negeri, birokrat) terlalu banyak melakukan korupsi. Sistem pendidikan di Indonesia tidak membuat anak-anak muda Indonesia menjadi pandai dan kreatif tetapi justru mogol.

Inilah sebuah contoh lingkungan yang melanggengkan kekerasan, tidak dihargainya wanita sebagai pribadi manusia utuh, judi, omong kasar, mabuk, maling, lonthe. Wajah-wajah realitas hidup manusia yang bermasyarakat semacam itu rasanya sangat sulit diperbaiki karena orang-orang yang mestinya bertugas termasuk menjadi pelaku aktif. Kesulitan juga disebabkan karena kejujuran, kebertanggungjawaban, kepedulian pada orang lain ditertawakan dan tidak dijunjung tinggi. Tetapi toh ada sisi menariknya juga. Mereka kumpul rutin setiap malam Jumat Kliwon untuk membicarakan kebersamaan mereka. Masalah kebersihan. Iuran serkileran Rp.100 per malam. Uang yang terkumpul dipakai untuk membantu warga yang sakit dan mati, untuk memperbaiki cakruk ronda.

Aku tertarik dengan keuletan mereka mempertahankan hidup, mencari uang, memanfaatkan barang-barang yang ala kadarnya. Aku jadi semakin tahu betapa besar arti uang dan rumah. Betapa ayemnya kalau dua hal itu sudah di tangan. Aku tertarik dengan ketekunan Pak Lan menabung sedikit demi sedikit sehingga akhirnya bisa membeli tanah dan rumah sendiri. Pak Gito juga melakukan hal yang sama. Satu hari satu potong gedheg seharga Rp.750 dan akhirnya rumah mlompong itu bisa tertutup semua.

Aaahhh, aku tertarik pada Fitri. Anak kecil umur 4 tahun, cewek, rambut merah potong pendek, ndak bisa boso. “Umee !” begitu dia memanggilku. Dia makan donat yang disuguhkan orang tuanya untukku. Akan jadi apa anak ini nanti kalau sudah besar. Aku terpanggil untuk membantu orang tuanya menyiapkan Fitri memasuki masa depannya.

Bagaimana kebangkitan Kristus yang memberdayakan, memberi kekuatan hidup, me-tune-up mesin manusia yang sudah mati agar bisa digeber lagi mempunyai pengaruh pada orang-orang lapis bawah ini ? Bagaimana caranya agar mereka itu juga bisa mengalami disegarkan kembali oleh kebangkitan Kristus seperti halnya Maria Magdalena saat menjenguk kubur Yesus ? Yah ! Bukankah orang macam Pak Lan itu merupakan contoh sukses yang dapat dijadikan titik harapan di masa depan bagi orang-orang macam mas Yudi, Pak Sur ? Dulu Pak Lan mayeng dari satu bak sampah ke bak sampah yang lain, lalu menjual hasil mayengannya ke lapak. Sekarang dia yang jadi lapak dan membeli hasil masyengan orang lain. Bukankah semangat kebangkitan Paskah telah ditunjukkan oleh Pak Gito yang dari alun-alun Utara tak berumah lalu pelan-pelan dengan ketekunan dan berprihatin akhirnya bisa punya tanah dan rumah sendiri ? Bukankah mbak Yah juga menunjukkan hal yang sama : dari mengolah lahan daerah transmigrasi, ditinggalkan suaminya, lalu berjuang sendirian menghidupi 3 anaknya dengan cara nambal ban, mencuci bis malam, dan akhirnya sekarang agak mapan dan diperistri oleh seorang suami yang bertanggung jawab ?

Ada titik cerah di masa depan bagi orang-orang lapis bawah ini. Memang, titik cerah ini kadang disapu atau ditutupi oleh awan gelap yang membuat loyo semangat perjuangan mereka. Tetapi, kalau mereka mau tekun, mau dibantu, mau prihatin, tidak mustahil titik cerah itu bisa mereka raih. Kalau mau !

Met paskah semua……

Perempuan-Perempuan Cantik, Mau ke mana Kalian?

Prostitusi sebagai salah satu profesi tertua sejak dari jaman Cleopatra sampai sekarang ternyata telah banyak membawa dampak bagi kehidupan masyarakat kita. Jika kita mau sejenak merenung dan berpikir, kita akan bisa sampai pada suatu kesadaran bahwa para penjual cinta itu sebenarnya tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seperti ini. Banyak para perempuan yang terjerumus ke lembah hina ini karena berbagai sebab lain seperti rusaknya rumah tangga mereka, terutama karena alasan ekonomi sekedar bagaimana bisa mengisi perut untuk hidup sampai esok hari. Celakanya lagi sebagai seorang produsen mereka ternyata harus menghadapi berbagai perlakuan yang terkadang jauh dari perikemanusiaan, baik itu perlakuan dari para konsumen, lelaki hidung belang yang berbuat semaunya sendiri karena merasa telah mengeluarkan uang demi memperoleh kepuasan. Para perempuan itu juga masih harus membayar kepada germo yang menghidupi dan menjaga, sehingga terkadang uang yang sampai ke tangan mereka menjadi begitu kecil. Bahkan mereka masih harus menghadapi perlakuan buruk dan kecurigaan dari warga masyarakat yang menistakan profesi ini dan menganggap mereka sebagai golongan marginal yang harus dijauhi. Belum lagi ancaman penyakit seksual yang mengerikan karena para pemakai yang sangat sering menolak memakai kondom karena alasan hilangnya kenikmatan. Oh malang benar nasibmu para perempuan cantik….
Jika keadaan mereka begitu memprihatinkan, lalu kenapa mereka masih terus saja melanggengkan profesi ini dan tidak mau keluar dari belenggu prostitusi yang ternyata tidak membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik tapi justru meyerap habis sari-sari mereka.
Alasan yang teramat mungkin adalah bahwa mereka tidak sadar bahwa selama ini hanya menjadi obyek dari sistem yang berlaku. Para perempuan ini sekedar menjadi alat pemuas nafsu para pelanggannya, mereka hanya menjadi alat penghasil keuntungan untuk para germo, Sementara mereka terlena oleh gebyar kehidupan malam yang harus dihidupi. Para aparat pemerintahan sebagai pelindung masyarakat pun ternyata tidak berbuat banyak untuk menolong mereka. Tidak ada peraturan ataupun Undang-Undang yang bisa melindungi hak-hak para pekerja seks komersil ini. Malangnya, begitu ada beberapa yang sadar akan keadaan ini mereka terpaksa harus menyerah pada keadaan karena buntunya jalan keluar….
Melihat hal seperti ini sudah menjadi kewajiban kita yang masih beruntung dan sadar akan adanya suatu bentuk penindasan dan ketidakadilan yang menimpa perempuan-perempuan cantik itu untuk berbuat sesuatu bagi mereka, mengusahakan suatu celah dalam kebuntuan yang melingkupi, memberdayakan mereka agar menjadi individu-individu yang mampu berdiri tegak, tahan terhadap masalah dan kesulitan yang menimpa terus menerus. Mereka harus tetap survive di atas kaki mereka sendiri jika tidak ingin terus hidup dalam kegelapan prostitusi.

Lalu sekarang langkah konkret apa yang dapat kita lakukan untuk menolong mereka? Yang pertama kali harus dilakukan menurut saya adalah membuka mata hati dan kesadaran mereka bahwa mereka tidak dapat menjalani kehidupan seperti ini terus menerus. Mereka harus disadarkan bahwa mereka juga manusia biasa yang wajar, dan sederajad dengan orang-orang lain sehingga mereka juga berhak untuk hidup layak dan bermartabat seperti manusia lain. Suatu proses yang panjang dan kadang mungkin amat melelahkan, tetapi itulah yang harus kita lakukan. Langkah yang kedua adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan sebagai bekal bagi mereka untuk dapat bertahan ketika terjun dalam masyarakat. Bekal seperti kemampuan membaca dan menulis, kemudian ketrampilan lain seperti mengetik, menjahit, menata rambut, memasak, rias pengantin, bahasa asing agar mereka dapat bergerak dalam sektor-sektor informal yang bisa menjanjikan kehidupan lebih baik.
Ada baiknya kita juga perlu mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang mempunyai konsen dan keperdulian yang sama untuk memberdayakan mereka. Lembaga yang bisa mengajarkan ketrampilan dan pengetahuan-pengetahuan lain untuk masa depan mereka.
Yang harus kita sadari bersama adalah pendampingan ini merupakan suatu proses, yang bisa teramat panjang dan tidak bisa langsung kelihatan hasilnya. Bahkan mungkin hasilnya tidak seperi yang kita bayangkan. Untuk itu diperlukan kesabaran dan ketekunan dari kita semua. Paling tidak bahwa kita tidak hanya tinggal diam ketika ada sesuatu yang tidak benar, tetapi ada yang bisa kita lakukan walaupun mungkin cuma sedikit. Keperdulian konkret bagaimanapun bentuknya, berapapun besarnya, akan sangat berartu bagi mereka yang membutuhkan.
Perempuan-perempuan cantik bangkitlah! Tatap masa depanmu dengan semangat dan keyakinan, secercah cahaya harapan baru menunggu di depan…..

Gamping, 10 Mei 2001


St. Wisnu Kumara Jati

Batam, August 27 2005

Journey in my life

When I graduated from my university, I only have a piece of experience that I got from my internship in Toyota Motor Company during my study.
Since my background study is Electrical Engineering, after my graduation I decided to join AIT with some reasons,

1. It is located in Batam. The Island that very far from my hometown in Java. I have never been here before, so it must be very exciting to go to a new place with the condition inside.
Moreover, Batam is well known as industrial’s island, and the location is near to Singapore. I thought that I will meet new people from different countries with different characteristics, I can go abroad (at least in Asia) and it really gave excitement to me at that time.
2. AIT is multinational company with core-business in semiconductor.
Despite of the fact that I will earn more money if I work in multinational company, the experience to work in semiconductor industry with a high technology in Indonesia is really interesting for me. I will have so many experiences and learn about technology, systems and also working attitude in a big multinational company that I believe it will be useful for my life.

I join in Customer Service Department, It was not HR’s offering to place me in this department but I asked for it during my final interview with Pak Tigran, Pak Hardiono, Pak Jeff Lim, and Pak Eko. I did not choose to be an engineer or QA or supervisor but Customer Service Representative due to the following reasons,

1. They told me that being Customer Service Representative here is to be an interface between Customer and factory. We need to coordinate factory on how to meet Customer’s requirement and expectation. I like the job description because it made me as a kind of “important” person (in my opinion). I will be a key person in the factory although I just a Staff.
2. Besides my study in electrical engineering, I also took diploma study for two years majoring in English language. Being Customer Service Representative which communicating daily with Customers will make my English capability can be improved time by time.
3. I prefer to have a job which can make me meet with people, having a discussion, coordinating something to get the solution rather than engineering job which most of the time spent with machine.
4. Being a Customer service Representative, I still can learn the semiconductor technology in general and to get the knowledge and information of the development.

Time goes by. Thanks God that I can learn and get so many things from this company. AIT gave me so many experiences for my life.

However, Working in AIT was not the end of my journey of life. I have a dream since my final year in Senior High School. A dream that I always keep in my mind and I pray to God that he will allows me to reach and make my dream comes true.

It was a long time and long process for me to decide what I want myself to be. I joined and accepted in the military senior high school (SMA Taruna Nusantara) I went through but then I decided to leave. I joined and accepted in the Pastoral School to be a Priest and I leave it again because I did not get what I want there. How lucky I am to have parents that always understand and supporting my option.

And then I got it. I make my own path of the journey of my life. Working in social organization, studying in Electrical Engineering, taking an English diploma, working in AIT, taking master in my study for psychology or management, working in other companies, working in the non-profit organization, are only part of the journey in my life.

I have a plan to make a school – a school in the undeveloped area, a cheap school but with a best quality in “education” that can make a person not only smart and clever but also humanist and have the care for others. Having the ability to survive in every condition.

Maybe it is just a children’s dream - not a wise and mature way to reach the goal.
But that what I want to do – I am not yet 25 in my age and my life is only for once.
I tried to do something or I will just flows and died without doing anything. Maybe I will fail and not success but at least I already tried.

They say: life begins at 40’. Hopefully when I reach that age I already make my dream come true and I can live my life happily 
Thus, I will treat these 15 years (from 25 up to 40) as a preparation that I need to work hard, stay focus, to get what I want in my life…

Sincerely,

Stephanus Yohanes de Britto Wisnu Kumara Jati, S.T.

Tuesday, November 10, 2009

temani aku

duduklah sejenak di sini temaniku, ini ada rokok jika kau mau. kita bisa memandang hujan yang turun, pepohonan, atau lalu lalang orang. kita bisa bicara tentang apa saja yang kau suka, atau sekedar mendengarkan lagu-lagu kesukaanmu. saat kau mulai kedinginan aku bisa berikan jaketku untukmu atau mendekapmu dalam pelukanku. kita bisa juga minum whiskey atau wine jika kadar alkoholnya terlalu tinggi untukmu.melihat langit yang berubah warna, menikmati setiap waktu yang ada.kita tidak harus menjadi orang yang hebat, kaya, atau cendekia untuk bisa menikmati indahnya masa. tidak juga harus berpura-pura jika memang itu tidak kita suka.

ketika duduk bersamaku sudah membosankan, atau aku mulai bertingkah yang tidak menyenangkan, bicaralah padaku sehingga aku tahu apa yang harus kuperbaiki. atau jika hujan sudah mulai berhenti kita bisa berjalan-jalan kemana yang kau mau. jauh tak mengapa, capek sedikit tak mengapa, aku juga masih kuat menggendongmu jika kau mau. tak perlu harus malu, bukankah jiwa kanak-kanak itu ada dalam diri semua orang

teman

teman, dulu kita adalah kanak-kanak yang jenaka dan riang gembira, remaja yang bermain dengan kegembiraannya, kemudian menjadi anak muda yang mencari aktualisasi dirinya..
teman, kini kita mengusahakan kehidupan kita, menorehkan jejak langkah sebagai sejarah pengingat siapa kita dan apa yang telah kita lakukan selagi kita bisa. kita saling bersedih untuk setiap kegagalan yang terjadi atau tersenyum lebar dan tertawa gembira saat mengetahui keberhasilan satu dengan yang lain, untuk semua mimpi yang diraih, asa yang tergenapi, kebahagiaan yang tergenggam.
dan teman, kita akan tetap saling mendoakan, walau kadang kita saling melupakan tapi kelak saat jalan kita bersimpangan, kita akan tetap berjabat tangan dan berpelukan
di situ kita akan rayakan, segala yang kita punya
teman, dimanapun kau berada...

my lady

i asked my lady to go back and change her clothes since she is too sexy
and she did it just for me
i asked my lady to accompany me to the church since i do not want to be alone
and she did it just for me
i asked my lady to dance with me since i never do it before
and she did it perfectly just for me
i even asked my lady to shut up and stop asking since i was very tired with everything
and yet, she did it wisely and silence just for me
she did everything just for me, and i don't want another lady
-free will-

hujan

November 23rd, 2008

hujan turun di sore hari ini di depan rumahku,
aku melihatnya dari jendela ruang tamuku,
tidak terlalu besar namun cukup untuk membasahi tanah

aku selalu suka jika hujan turun seperti ini,
apalagi jika aku sedang tidak terburu-buru dengan urusan atau janji yang menunggu
memandangi hujan, merasakan udara yang menjadi sejuk dan cenderung dingin seiring hujan yang turun

kulihat anak-anak kampung yang bermain gembira di tengah hujan
mereka bermain sepak bola, berkubang di saluran air yang menggenang, atau bermain sepeda berputar-putar tanpa tujuan
ahh, anak-anak memang selalu mempunyai cara untuk mencari dan menemukan kegembiraan entah dalam hal sekecil apapun
sebuah karunia yang kadang membuat iri kita kepada mereka

bagi orang-orang yang sedang terburu-buru hujan adalah bencana,
akibatnya sudah terbayang di pikiran, jalanan yang menjadi macet, terlambat dengan urusannya
belum lagi hujan yang akan membasahi pakaian mereka, sungguh suatu bencana

bagi orang yang mencinta hujan berarti saat untuk mengenang lagi memori kebersamaan yang mungkin pernah terjadi
peristiwa-peristiwa yang dialami bersama pasangannya, kenangan-kenangan yang muncul di pelupuk mata
seiring hujan yang tak kunjung berhenti

bagi orang-orang yang berduka, hujan mungkin adalah sebuah peristiwa penambah lara mereka.
dinginnya udara, kesunyian yang melingkupi, mungkin akan menambah perasaan kehilangan atau duka yang melingkupi

bagi orang-orang kaya yang aman terlindung di dalam bangunan kokoh rumah mereka, hujan mungkin adalah peristiwa biasa
tidak akan mempengaruhi mereka, kesibukan mereka melihat televisi dengan acara-acara anehnya atau rencana-rencana mereka
untuk terus memperkaya diri

bagi orang-orang miskin, hujan mungkin adalah saat dimana mereka bisa merasakan dingin yang seperti air conditioner tanpa

harus membeli alatnya, sejenak bebas dari panasnya bumi yang semakin tua.
tapi ketika hujan turun semakin besar, dingin yang makin menggigit mungkin juga menjadi siksa, belum lagi air yang menitik

dari atap-atap rumah yang bocor, dan lagi ancaman banjir yang bisa datang setiap saat menghancurkan hidup mereka

hujan memang bisa dimaknai secara berbeda ketika kita dalam kondisi yang berbeda.
tetapi hujan tetap akan menjadi hujan yang turun bagi semua orang…

Kehidupan selalu mempunyai pilihan

October 4th, 2008

Tadi barusan saya menonton film special lebaran di televisi, judulnya radit dan jani. well, terlepas dari segala kekurangan dan kelebihan dalam proses pembuatan film tersebut; termasuk adegan-adegan yang terkadang dibuat terlalu berlebihan dan fahrani yang berakting bagus dan seksi (bagi saya) sebagai anjani (perempuan seperti anjani adalah salah satu type perempuan yang saya suka - yang ini tidak usah dibahas terlalu jauh hehehe) saya selalu suka tema-tema dan cerita yang ditawarkan dalam film-film drama seperti ini - terlepas film itu sendiri bagus atau jelek.

ini salah satu point yang saya tangkap: bahwa kehidupan itu selalu mempunyai pilihan, apapun itu - baik atau buruk, dan kita sebagai orang-orang yang menjalani kehidupan ini harus mengambil keputusan-keputusan dalam hidup kemudian menjalaninya, apapun konsekuensinya. jika keputusan yang kita ambil dan kita jalani itu ternyata salah, di depan masih akan ada pilihan-pilihan lain yang bisa kita ambil untuk memperbaikinya - itulah seni dan indahnya dinamika kehidupan (dalam bungkusan pahit manis, dan suka duka yang harus dirasakan).

terkadang kita lupa, saat kita mengusahakan kehidupan ini dengan sebaik mungkin, entah demi kita sendiri atau demi orang-orang yang kita sayangi, lalu ketika hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan dan kita merasa gagal menjalani kehidupan ini sebaik mungkin lalu yang seringnya muncul adalah penyesalan, kesedihan, kekecewaan, dan emosi-emosi negatif yang lain. lalu sikap dan tindakan yang diambil dianggap sebagai sebuah konsekuensi dari kegagalan yang terjadi. it’s not exactly like that.

Mengutip Mario Teguh (seorang motivator yang terkenal dengan salam supernya) bahwa we deserve to get the best things in our life, kita hanya perlu membiasakan diri dengan itu. saya memaknai pemahaman ini lebih kepada bagaimana kita memanage perspektif kita untuk selalu melihat kehidupan dalam bingkai-bingkai yang positif dan secara wajar. kegagalan maupun keberhasilan itu adalah sebuah proses wajar dalam tindakan-tindakan kehidupan dan kemudian hidup selalu menyediakan pilihan-pilihan berikutnya bagi kita untuk mempertahankan jalan yang kita ambil dan mengusahakan menjadi lebih baik lagi, atau merubahnya menjadi sesuatu yang baru termasuk berbalik seratus delapan puluh derajat atau mengulang lagi dari awal.

jadi, selamat menjalani kehidupan ini dengan beraneka macam pilihan di dalamnya. dan jangan pernah merasa gagal atau kalah, karena kehidupan selalu menyediakan pilihan-pilihan berikutnya..

salam sayang, wisnu

Le, anakku Wisnu

October 4th, 2008

le yogene lahirmu datan nganggo pratondo kang mligi gampang dimangerteni.
opo mergo saking cubluk’e bopo biyungmu kan ora magerteni waseso soko sliramu.
opo amargo bopo mu iki lagi disatru dening kang kuwoso.
yogene kowe kudu nandang samubarang kang koyo mangkene.
kekejer anggamu datan suwolo rinusak amargo ngabekti marang poro tuwo
dino kang sakjatine kudu dilakoni kanthi leganing ati datan kumowo malik dadi lambahing geni - kuciwo, murko, datan keno suwolo marang sing kuwoso.
lamun tangeh ora ono sing iso nggondheli anggonmu mukso, namung donga kan tansah rinonce mugo-mugo lakumu padang nemahi kabahagyan - pinanggih kaliyan poro pepundhen kang wus ngrumiyini mukso ing angkoso. datan kendhat pamujiku mugo tansah podo manggihi kabahagyan ono ing kono. lamun tansah nyawang pun bopo biyung sadremo nglakoni urip ngayahu jatining diri sakdurunge tumekaning pati..
le anakku wisnu…

fight for your life

October 4th, 2008

beberapa waktu yang lalu saat pulang dari bali, di pesawat aku duduk di sebelah perempuan cantik dari uzbekistan - tapi tentu saja bukan itu yang mau saya sharingkan hehehe.

singkat cerita, setelah mendarat di jakarta mbak dari uzbek tadi mengajak saya untuk pulang naik ojek daripada naik taxi - saya bersedia dengan pemikiran bahwa ini jam pulang kantor jadi macet sedangkan saya juga mengejar kelas.

tukang ojek yang membawa saya itu sungguh luar biasa - saya tidak tahu apakah itu keberanian, kenekatan, atau gabungan antara keduanya ditambah dengan ketrampilan karena biasa dia lakukan. dia membawa saya menyelip di sana-sini kadang balik arah, meliuk ke kiri dan ke kanan, masuk jalur busway, klakson terus2an pokoknya berusaha secepat mungkin mengantarkan saya kemudian balik lagi ke tangerang (karena rumahnya di sana).

satu yang menarik bagi saya ketika itu adalah semangat si bapak demi uang 100ribu sebagai ongkos naik ojeknya. di saat tidak begitu banyak tukang ojek yang mau mengantar saya dari bandara karena memang jauh, si bapak mengambil tantangan itu - entah karena memang dorongan ekonomi, kebutuhan keluarga, atau dia melihat kesempatan itu. saya senang melihat semangat dan totalitasnya ketika mengantarkan saya - dan yang ada dalam pikiran dan perasaan saya saat itu adalah: beginilah sebuah kehidupan harus diperjuangkan. tidak masalah situasi dan kondisi yang melingkupimu hidupmu harus tetap kau perjuangkan dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati mu.

terima kasih pak ojek, yang memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan ini..fight for your life and the life of people that you love (and the life of the people belong to you)…

Wisnu

Hak yang sama untuk diterima apa adanya bagi semua orang tanpa kecuali

June 1st, 2008

pernah nonton acara reality show "be a man" di sebuah stasiun televisi tiap minggu malam pukul 22.00?

well saya tidak akan membahas adegan-adegan atau dinamika yang terjadi ketika mbak-mbak waria itu mencoba kembali untuk melakukan aktivitas latihan semi militer seperti laki-laki (entah itu karena kehendak sendiri atau karena hadiah yang dijanjikan)

yang membuat saya kembali memikirkan hal yang klise ini (saya sebut klise karena ini sudah sangat sering dibahas oleh banyak orang dan para ahli) adalah ketika mendengarkan ungkapan-ungkapan atau share dari teman-teman waria tadi tentang apa yang mereka alami: bagaimana ketika dengan dinamika dan kondisi yang mereka hadapi mereka harus terasingkan (ter-alienasi) dari lingkungan nya dan juga keluarga sebagai lingkungan terdekat yang seharusnya mendukung dan menerima mereka apa adanya hanya karena masalah norma dan nilai yang dianggap benar dalam sebuah tatanan masyarakat.

it’s an old story tapi sering mengusik ketika atas nama tatanan dan kebenaran nilai menjadikan kita mampu membunuh karakter dan menghambat perkembangan manusia yang secara alami dan hakiki mempunyai hak untuk dihormati, tumbuh, dan berkembang. kita yang dengan bangga sering mengagungkan diri sebagai manusia-manusia berbudaya, bermoral, berpendidikan tinggi, dan beretika sering jatuh pada lubang penghakiman ketika berhadapan dengan dinamika atau kondisi di luar budaya kita, di luar ilmu, ajaran atau kebenaran yang kita anut. saya percaya bahwa ini adalah salah satu hal yang menyebabkan dunia ini menjadi tidak begitu nyaman untuk ditinggali bagi sebagian orang dan perdamaian dan cinta tidak kunjung datang di dunia.

mungkin ada baiknya ketika sejenak kita menundukkan kepala dan merendahkan diri untuk memberikan penghormatan kepada orang-orang yang berbeda dari kita dan kita anggap salah. karena sebenarnya benar atau salah amat sangat bias dan tergantung dari perspektif mana kita melihatnya. dan bukankah kita semua pun membawa aib dan ketidak sempurnaan pada diri kita? even perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan pun atas dasar mencari kebahagiaan dan ketentraman batin kita sendiri. lalu apa yang mau disombongkan??

indahnya ketika kita bisa menyapa para waria dengan senyuman sambil mengatakan aku mengasihimu, menerimamu apa adanya, dan mari kita hidup bersama di alam fana ini. kepada para gay, homosexual, pekerja seks komersial, dan banyak lagi kaum yang termarginalkan dan teralienasi dari lingkungan entah itu secara sosial ataupun budaya.

jabat tangan erat, senyuman, pelukan hangat itulah yang akan membuat dunia ini menjadi indah dan semakin nyaman untuk ditinggali oleh semua orang karena setiap individu merasa dihormati, dihargai, dan diterima apa adanya sehingga mereka bisa secara bebas memperkembangkan diri dan pada akhirnya membuat sebuah tatanan dunia yang lebih baik lagi.

terlalu tinggi atau terlalu jauh bermimpi? saya fikir tidak. cukup kembali ke diri kita masing-masing. lepaskan kacamata dan prasangka buruk serta melihat semua manusia secara adil dan dengan cinta sehingga kita tidak akan terjebak pada menghakimi.

selamat berproses dan berdinamika bersama, anda dan saya.

dalam cinta, wisnu

Kelahiran dan Kematian dalam Hari yang terlewatkan

May 4th, 2008

Tribute to Yedija Yamaraja - In memoriam

Sebuah hari hanya akan lewat menjadi hari yang biasa saja jika tidak ada sesuatu berarti yang kita alami, karena hari itu akan lewat begitu saja dan sering kita lupa atau terlambat untuk mensyukurinya. sebuah peristiwa atau kesempatan yang terlewat untuk dimaknai ataupun disyukuri akan berujung pada sebuah penyesalan.

kelahiran adalah sebuah anugerah khusus pada setiap jiwa, dimana manifestasi secara nyata mewujud untuk kemudian menghirup dan mengalami sebuah hal yang dinamakan kehidupan. maka dari itu sebuah peristiwa kelahiran lebih sering dimaknai dengan ungkapan syukur dan terimakasih dibanding dengan kebencian ataupun umpatan.

kematian, terkadang kita menafikan bahwa ini adalah sebuah anugerah yang lain. ketika sebuah jiwa terlepas dari fana dunia dengan semua hal yang melingkupinya. untuk kemudian menarikan sebuah babak baru dalam dimensi yang berbeda. kita akan sulit untuk mensyukurinya karena perasaan sedih yang dekat dengan peristiwa kematian ini, begitu mudah untuk membuat kita larut di dalamnya.

yedija, oleh karena tuhan, engkau menyatukan pemaknaan sebuah hari, kelahiran dan kematian secara utuh dan penuh. hal yang terlewat dan terlambat untuk dimaknai dan disyukuri - yang membuat tertelut dalam penyesalan dan kehilangan.

yamaraja, keadilan dan kebijaksanaan, semoga itu akan terjadi pada kita. untuk semakin mampu melihat keadilan tuhan dan memaknai dengan lebih bijaksana semua hal yang terjadi dalam kehidupan ini.

yang terkasih - sampai berjumpa di surga

Nasib baik, nasib buruk, siapa yang bertanggung jawab?

February 10th, 2008

Hari ini aku mengalami peristiwa-peristiwa yang menyentuh hati.

Siang harinya, seorang teman mengajak aku mengantar dokumen ke rumah bos-nya di bilangan kelapa gading jakarta utara. Sesampai di sana aku tercengang melihatt rumah-rumah megah seperti yang aku lihat di kanan kiri jalan daerah menteng ketika aku berangkat kerja. Gila megah sekali, batinku. Pantas di pintu depan sudah langsung di portal dan di jaga satpam, jika tidak kenal alamat harus meninggalkan kartu identitas dan ada kemungkinan tidak bisa masuk. Hampir di tiap rumah juga masih di jaga security. Taman bermain yang hijau terletak di tengah perumahan dan nampak asri untuk beristirahat atau bermain bersama keluarga. “kompleks seperti ini ada beberapa di sini” bisik temanku. “banjir nggak sih di sini?”tanyaku ingin tahu “jakarta utara apalagi kelapa gading kan terkenal daerah banjir”. “Kelapa gading depan emang banjir, tapi perumahan sini mana bisa terendam air” terang temanku meyakinkan. Aku mengangguk-anggukan kepalaku karena kupikir benar juga yang dia bilang. Drainase yang tertata rapi, taman dimana-mana, rumah yang menjulang tinggi dan lokasi yang lebih tinggi dari jalan. Nampaknya mustahil perumahan ini akan banjir. ”lagi pula di tiap rumah sudah pada punya penyedot air kalau banjir” terang temanku lagi. Patilah dengan kemampuan mereka saat ini, membeli penyedot air tentu hanyalah uang receh saja dibandingkan isi kantong mereka. Aku lihat lagi berkeliling, mobil banyak diparkir cenderung tidak teratur, dan tiap rumah rata-rata mempunyai lebih dari satu mobil bagus. ” ah biarlah nasib mereka memang bagus dan tentu saja karena usaha keras dan tekun dalam jangka waktu lama” pikirku menenagkan hati yang mulai merasa iri…

Sepulang dari makan siang sesudah mengantar dokumen, aku diantar pulang oleh temanku. Berbenah sebentar aku siap-siap berangkat ke gereja untuk misa hari minggu di gereja rawamangun – hari sabtu kemarin aku mau berangkat tapi kuurungkan karena hujan lebat. Kupacu sepeda motorku ke gereja karena waktu nya sudah semakin mepet…

Sepulang misa, aku bergegas untuk pulang karena sebentar lagi ada siaran langsung final liga indonesia di televisi. Entah kenapa beberapa waktu ini aku senang menonton pertandingan sepak bola indonesia lengkap dengan perkelahian dan kericuhannya. Tidak peduli walau beberapa teman bilang bahwa sepak bola indonesia tidak ada mutunya dan tidak layak untuk ditonton. Hmm mungkin rasa nasionalisme atau tertarik pada hal baru, aku juga tak mengerti hanya sekedar menikmati…

Bisanya aku pulang lewat jalan rawamangun, tapi kali ini aku putuskan pulang lewat jalan pemuda karena lebih lancar dan aku bisa ngebut pikirku. Mendekati perempata jalan pemuda yang ke arah pramuka, sudut mataku menangkap ada semburat merah di sebelah barat, arah cempaka putih. Sekilas aku berpikir oh ini semburat langit merah saga di sore hari, tapi ini terlalu merah, dan diselimuti pula oleh asap hitam. Ini bukan pemandangan langit biasa. Lalu di kejauhan kulihat banyak orang berkerumun. Pasti ada sesuatu yang terjadi…lalu kubelokkan motoku ke kanan lebih dekat lagi ke arah kerumunan orang..

Ada banyak sekali orang yang berkumpul, ada banyak polisi membawa tameng dan helm persis seperti pengamanan ketika aku demo dulu atau yang kulihat di televisi saat kerusuhan suporter sepakbola. Di sudut lain kulihat puluhan orang berseragam biru-biru, oh ini tatib atau banpol pikirku. Lalu kulihat jauh di seberang sana puluhan penduduk yang berlarian membawa barang-barang sambil mendorong gerobak, becak atau membaw amobil angkutan bak terbuka yang penuh dengan barang-barang.otakku bekerja merangkai kejadian semua ini: PENGGUSURAN. Hal yang sering terjadi di kawasan jakarta utara dan mungkin juga di lingkungan-lingkungan kumuh di tempat lain. Warna merah tadi adalah api yang diselimuti dengan asap hitam dari kebakaran yang terjadi. Api menyala sangat besar. Memanaskan udara yang seharusnya dingin sore ini karena hujan yang sering terjadi. Atau udara memang sudah panas karena kemarahan orang-orang yang tergusur ini? Kulihat mesin besar beko yang bergerak perlahan tapi pasti mendorong dan merobohkan rumah-rumah kumuh itu. Aku bergerak mendekat, sayup-sayup telingaku mendengar jerit tangis anak-anak yang ketakutan, kemudian suara umpatan dan cacian marah perempuan di pinggir jalan yang tergusur. Sementara beko itu bagai tak bertelinga meluluhlantakkan segalanya. ”ini sudah sejak siang tadi bang” jelas orang yang kutanyai di pinggir jalan. ”tak tahu harus kemana kami malam ini, apalagi hujan masih terus turun” terang orang lain yang berjongkok dengan pandangan nanar melihat pada keributan itu. Aku tak tahu siapa yang membakar dan menciptakan api sebesar ini,apakah untuk menghentikan petugas, atau untuk mengusir mereka? Aku tak tahu. Sama seperti aku tak tahu dengan apa yang akan dilakukan orang-orang yang terusir ini ketika malam semakin dingin dan hujan mulai turun nanti, sedang atap tempat berlindung mereka telah lenyap…

Ketika aku memandang berkeliling, kulihat ada beberapa wartawan, lalu ada mobil penyiaran dari metrotv, dan sctv. Ada banyak juga orang-orang yang melihat dari pinggi jalan atau dari atas jembatan. Entah apa yang mereka pikirkan, apakah ini suatu tontonan yang jarang mereka lihat dari dekat, ataukah mereka ingin membantu tapi tak tahu apa yang harus dilakukan…

Tidak akan pernah selesai dan hanya akan berputar-putar saja ketika kita membicarakan siapa yang bersalah dalam kasus ini? Warga miskin yang tinggal di lokasi milik pemerintah yang seharusnya tidak dijadikan perumahan, yang juga menjadi salah satu penyebab banjir, yang tidak mau di pindah karena tempat itu dekat dengan lokasi pekerjaannya… Atau pemerintah yang tidak tanggap dengan akar permasalahan yang ada, yang mau cepat saja dan dengan tangan besi menyelesaikan masalah ini tanpa mau mempelajari bagaimana menyelesaikannya dengan pendekatan yang humanis.

Aku juga tak tahu solusi apa yang terbaik dan harus dilakukan saat ini, apa yang bisa aku lakukan juga ketika aku merasa diriku sebagai seorang intelektual yang harusnya mampu menyumbang ide-ide kreatif demi kebaikan masyarakat. Tapi menghadapi realita yang ada sekarang, aku cuman bisa merasa marah, merasa sedih, bahkan hanya menonton tanpa sedikitpun memberikan bantuan pada mereka yang membutuhkan. Aku mendesah berkata dalm hati ”Tuhan, jika kau ada saat ini, apa yang akan Engkau lakukan sekarang?..”

Lalu ingatanku terbawa pada rumah-rumah besar dan megah yang kulihat siang tadi di lokasi yang tidak terlalu jauh. Rumah yang kelihatan anggun, megah, dan tentu saj akan memberikan kedamaian dan kenyamanan pada pemilik ataupun yang tinggal di dalamnya. Apakah karena orang-orang kaya itu berusaha dengan keras dan tekun, sedangkan orang-orang miskin ini tidak? Apakah kaum miskin ini tidak bekerja keras ketika setiap pagi mereka bangun lebih dulu sebelum kita untuk mengais-ngais sampah, atau di terik matahari saat kita berkeja di ruang ber ac mereka menarik bajaj mencari penumpang. Atau karena mereka tidak tahu bagaimana menjadi kaya? Atau karena ini masalah nasib saja? Ada orang-orang yang bernasib baik dan ditakdirkan untuk kaya, sedangkan ada banyak orang lain yang harus bernasib buruk dan menjadi miskin selamanya..kalau begitu siapa yang bertanggung jawab pada nasib baik atau nasib buruk? Kita sendiri kah? Masyarakat? Pemerintah? Atau Tuhan…

Ah, tiba-tiba saja acara final sepak bola itu tak lagi menarik minatku…

dimana malam nanti orang sebanyak itu akan berteduh? Anak-anak yang kedinginan dan menangis kelaparan..

Tuhan, semoga engkau tidak tidur…

anak-anak dalam lingkaran kekerasan

March 9th, 2007

Tadi malam saya melihat tayangan televisi aljazeera “children of conflict” mengisahkan tentang peperangan di Sudan dan bagaimana itu membawa pengaruh bagi anak-anak dan remaja belasan tahun di sana. Seorang anak laki-laki yang berumur 14 tahun bercerita tentang pengalamannya selama perang. ”Saya dan teman-teman melihat banyak pembunuhan yang terjadi. Teman, tetangga, atau keluarga yang ditembak atau dibunuh di depan mata kami. Ketika akhirnya kami ikut terlibat dalam pertempuran dan masuk menjadi milisi, membunuh adalah hal yang biasa dan harus kami lakukan untuk mempertahankan hidup kami. Saya akhirnya menjadi biasa membunuh dan perasaan saya biasa saja. Jika saya membunuh seseorang, itu karena dia adalah musuh saya. Dia pasti juga akan membunuh saya kelau ia melihat saya terlebih dahulu. I just trying to keep my life and they do the same” Anak-anak itu dipaksa untuk tercerabut dari kehidupan mereka selama ini dan masuk ke kehidupan lain yang belum pernah mereka bayangkan. “Kami hidup damai sebelum orang-orang itu datang, dan kedamaian menjadi hilang ketika mereka mulai menembaki kami” kata seorang Ibu dalam wawancara yang lain.

Ketika peperangan meluas dan berlangsung lama, anak-anak terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah mereka untuk menjadi milisi dan turut berperang. Kekejaman meningkat dengan cepat, pembunuhan dan pemerkosaan menjadi hal yang lumrah ditemukan di sana. Seorang pendidik menceritakan ”Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana anak-anak itu berubah menjadi orang-orang yang mengerikan. Saya tidak tahu lagi apakah ini mempertahankan diri, balas dendam, atau kepuasan. Mereka harus segerakembali ke sekolah karena itu penting untuk masa depan mereka. Jika tidak, maka pembunuhan dan pemerkosaan akan terus terjadi.”

Kita sering melihat bagaimana membunuh terkait dengan banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Terkadang benang merahnya menjadi sangat kusut untuk diurai ataupun dianalisa sebab dan akibatnya. Satu hal yang menjadi keprihatinan kita bersama adalah kenyataan ada anak-anak yang seharusnya mengenyam kehidupan dan proses belajar mereka secara menyenangkan, akan tetapi dipaksa untuk mengenal tindakan-tindakan ataupun dunia baru yang akan dapat menghancurkan karakter dan masa depan mereka.

Mungkin keprihatinan ini tidak akan terlalu dalam kita hidupi jika selama ini lingkungan tempat hidup kita adalah sebuah lingkungan yang nyaman dengan situasi dan kondisi yang kondusif dan kekerasan seakan adalah sebuah cerita dalam dongeng-dongeng mengerikan atau suatu mimpi buruk yang tidak nyata. But it was a real condition on some parts of the world dan ini masih terus berlangsung sampai saat ini. Rantai kekerasan yang seakan tak terputuskan dan menjadi persoalan yang tak pernah terselesaikan, baik oleh nilai-nilai agama, maupun nilai-nilai moral dan social dari manapun.

Menarik melihat bagaimana seorang pendidik di sudan itu meyakini pendidikan sebagai sebuah alternative solusi untuk memutuskan rantai kekerasan yang terjadi. Akan tetapi pertanyaan berikutnya adalah pendidikan yang seperti apa yang bisa diharapkan menjadi basic karakter seorang anak untuk tidak menjadi begitu saja hanyut dalam aliran kekerasan yang terjadi di sekitarnya. Seberapa efektif pendidikan budi pekerti, cinta kasih, tolong menolong, berlaku adil menjadi tonggak landasan yang kuat bagi seorang anak untuk berkata tidak terhadap kekerasan jika ia dibenturkan pada sebuah kenyataan hidup yang sangat keras dan belum pernah ia bayangkan sebelumnya akan terjadi. Trauma-trauma yang terjadi dan membekas dalam pikirannya, apakah bisa untuk dikalahkan ataupun diredam oleh nilai-nilai kemanusiaan yang ditanamkan.

Mahatma Gandhi boleh saja berhasil dalam perjuangannya dengan salah satu nilai anti kekerasan (Ahimsa) yang dimilikinya. Tanpa bermaksud untuk mengecilkan kenyataan dan pergumulan yang dihadapinya saat itu ketika berpegang teguh pada nilai-nilai anti kekerasan yang diyakininya, Gandhi adalah sosok matang yang rasanya terlalu jauh untuk dibandingkan dengan anak-anak kecil atau remaja belasan tahun dalam hal kedewasaan dan keteguhan dalam menentukan sebuah pilihan.

Well, tulisan ini dibuat bukan untuk menentuka hitam atau putihnya sebuah keyakinan atau akan mengerucut pada sebuah kesimpulan baku yang bisa dijadikan sebagai acuan karena kebenaran adalah sebuah hal yang bisa ditelaah dalam bermacam makna. Akan tetapi, ketika anak-anak kecil kita atau para remaja belasan itu masih terlalu rapuh untuk memegang sebuah nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kebaikan dalam hidupnya, ketika mereka masih akan sangat mungkin untuk terhanyut dalam lingkaran kekerasan jika memiliki trauma-trauma atau jika melihat dan dibenturkan pada kenyataan-kenyataan kekerasan yang terjadi di depan mata mereka maka adalah menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang-orang dewasa, yang notabene (suka atau tidak) sebenarnya memepunyai kedewasaan dan kemampuan lebih untuk menentukan pilihan dan memilih nilai atau arah yang akan diikuti jika dibenturkan pada pilihan serupa, untuk memberikan guidance dan koridor-koridor bagi anak-anak di sekitar kita untuk menentukan pilihan terbaik bagi hidup dan masa depan mereka dengan tidak mengambil pilihan kekerasan.

Lebih jauh lagi menjadi tanggung jawab bagi semua orang di belahan dunia manapun untuk tidak meciptakan situasi-situasi dimana kekerasan menjadi alternative solusi (yang berdasarkan pengalaman selama ini tidak pernah menjadi sebuah pilihan terbaik). Kekerasan sebagai sebuah pilihan seharusnya ditempatkan pada deretan paling akhir dan sedikit-demi sedikit dihilangkan dari daftar pilihan yang akan kita ambil untuk memecahkan permasalahan

Saya teringat akan kalimat dalam sebuah film a few good men di bagian akhir, “We should fight for them who can not fight for themselves”. Tentu saja saya tidak akan mengartikan fight di sini sebagai berkelahi atau bertempur atau berperang akan tetapi lebih pada konteks bagaimana kita sebagai orang-orang yang memiliki kapabilitas dan kesempatan lebih berusaha untuk menjaga dan menciptakan sebuah harmoni dalam kehidupan damai untuk semua orang termasuk mereka yang belum mampu menciptakan sebuah pilihan…