Thursday, November 12, 2009

1 Korintus 3:1-19

Ada dua point yang bisa dikembangkan dari bacaan ini:
1. Tentang iri hati dan perselisihan karena masing-masing pihak merasa dirinya berbeda dengan yang lain
2. Tentang tubuh kita sebagai bait Allah dan bagaimana harus menyikapinya.

Dua thema di atas dapat dikembangkan bersama dalam sebuah renungan, tetapi salah satu hal yang harus diingat adalah untuk siapa renungan ini dibuat. Ketika kita menyiapkan renungan ini untuk remaja atau kaum muda, maka sebaiknya tidak terlalu banyak teori dan pelajaran tetapi lebih pada hal praktis yang menyentuh kehidupan kita sehari-hari.
Perselisihan dan iri hati merupakan dua hal yang sering kita temui dalam kehidupan bersama kita, baik di dalam keluarga maupun di dalam lingkungan kehidupan kita bersama teman dan sesama. Iri hati yang sangat sering muncul ketika melihat orang lain mampu melakukan atau memeperoleh sesuatu sedangkan kita tidak, padahal yang mereka mampu capai atau yang mereka peroleh itu sesuatu yang juga sangat kita inginkan merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan iri hati. Kadang kekayaan, kebahagiaan, prestasi, dan pergaulan orang lain merupakan factor-faktor lain yang merupakan penyebab umum timbulnya iri hati di kalangan orang muda.
Perselisihan muncul apabila ada sesuatu hal yang kita pertentangkan dengan pihak lain, masing-masing pihak merasa paling benar dan tidak mau mengalah, merasa lebih dari pihak yang lain, tidak mau saling bertoleransi dan mencari penyelesaian terbaik bagi semuanya merupan factor-faktor yang pemicu timbulnya perselisihan. Apalagi di kalangan orang muda yang masih penuh dengan idealisme dan keakuan yang begitu besar. Keinginan untuk membuktikan eksistensi diri membuat mereka begitu mudah untuk terlibat dalam perselisihan dengan orang lain.
Perselisihan yang diakibatkan oleh rasa iri hati akan membawa dampak yang lebih buruk lagi dalam sebuah relasi atau hidup bersama dalam suatu komunitas. Terkadang, bangunan persahabatan yang dibangun selama beberapa tahun begitu mudah dihancurkan kurang dalam waktu sehari hanya karena perselisihan yang muncul dari rasa iri hati kepada teman kita.
Rasul Paulus mengajarkan dengan sederhana untuk menghindari perselisihan. Allah menghendaki dan bekerja secara istimewa pada masing-masing dari kita. Dia memberikan talenta yang berlainan kepada kita, karena Dia akan menggunakan kita secara istimewa sesuai dengan keunikan yang kita miliki untuk memuliakan Allah dan berbuat sesuatu bagi sesama. Belajarlah dari jari-jari tanganmu, masing-masing jari berbeda dari yang lain: ada yang paling besar, ada yang paling panjang, ada yang paling kecil, ada jari manis, ada jari telunjuk, tapi jari-jari itu baru akan bisa digunakan dengan optimal oleh yang empunya tangan, jika tersedia lengkap semua jari itu karena mereka akan saling melengkapi satu dengan yang lain. Ada cerita tentang dua buah ember yang dimiliki oleh seorang petani. Satu ember sudah tua dan ada lubang-lubang kecil di dasarnya sehingga air akan selalu keluar menetes dari lubang itu. Ember yang lain masih kuat dan baru, mampu menampung banyak air tanpa ada yang terbuang. Setiap hari petani itu menggunakan kedua embernya untuk mengangkut air dari sungai di ujung desa sampai ke rumahnya. Ember tua yang berlubang merasa berdosa kepada tuannya karena sering sekali air yang dibawa berkurang sampai setengahnya karena habis di perjalanan. Katanya:”Tuan, aku tidak berguna lagi untukmu, dengan tangan manapun engkau membawaku, aku akan selalu meneteskan air, sehingga yang kau dapat akan berkurang. Lebih baik kau buang saja aku dan kau gantikan dengan ember yang baru” jawab petani itu dengan bijaksana”Mungkin kau memang membuat air yang kudapat berkurang, tetapi tak apa…tidakkah kau lihat bahwa di sepanjang jalan dari sungai ujung desa itu samapi ke halaman rumah kita, kanan kiri jalannya penuh dengan tanaman yang indah. Setiap hari ketika membawa air dari sungai, dengan lubang yang ada di dasarmu, engkau telah meneteskan air dan menyirami tanaman itu. Ini berlangsung selama berbulan-bulan sampai tahunan, dan kini kau bisa lihat hasilnya. Jalan itu menjadi indah dipandang…”
Terkadang kita lupa untuk mensyukuri anugerah yang kita miliki karena terlalu sering melihat pada orang lain. Ada baiknya berhenti sejenak untuk berkaca dan melihat ke dalam, mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan secara istimewa kepada kita. Selalu ada maksud ketika Tuhan menjadikan kita dengan keadaan kita sekarang.
Rasul paulus menyatakan bahwa tubuh kita adalah Bait Allah, Roh Allah sendiri tinggal di dalam setiap dari kita. Tak perduli seperti apa kita, dari keluarga mana kita berasal, kaya atau miskin, bodoh atau pandai, jelek atau cakep tetapi roh Tuhan Allah sendiri mau untuk tinggal di dalam kita dan menguduskan kita. Oleh karena itu syukurilah setiap apa yang ada pada dirimu, kondisimu sekarang.berhentilah untuk iri hati dan memikirkan kelebihan orang lain, tetapi galilah lebih dalam talenta yang ada padamu dan apa yang mampu kau lakukan untuk sesamamu. Masih banyak orang lain yang lebih menderita dari pada kita, yang tidak seberuntung kita mampu mengenyam pendidikan seperti kita. Beryhentilah iri hati dan berselisih karena perbedaan yang ada, tetapi bekerja samalah dengan sesamamu untuk melakukan hal-hal benar bagi sesamamu yang membutuhkan. Dengan begitu Engkau bersyukur dan memuliakan Tuhanmu…

Batam, March 10, 2004:22.42

No comments: