Tuesday, November 10, 2009

Hak yang sama untuk diterima apa adanya bagi semua orang tanpa kecuali

June 1st, 2008

pernah nonton acara reality show "be a man" di sebuah stasiun televisi tiap minggu malam pukul 22.00?

well saya tidak akan membahas adegan-adegan atau dinamika yang terjadi ketika mbak-mbak waria itu mencoba kembali untuk melakukan aktivitas latihan semi militer seperti laki-laki (entah itu karena kehendak sendiri atau karena hadiah yang dijanjikan)

yang membuat saya kembali memikirkan hal yang klise ini (saya sebut klise karena ini sudah sangat sering dibahas oleh banyak orang dan para ahli) adalah ketika mendengarkan ungkapan-ungkapan atau share dari teman-teman waria tadi tentang apa yang mereka alami: bagaimana ketika dengan dinamika dan kondisi yang mereka hadapi mereka harus terasingkan (ter-alienasi) dari lingkungan nya dan juga keluarga sebagai lingkungan terdekat yang seharusnya mendukung dan menerima mereka apa adanya hanya karena masalah norma dan nilai yang dianggap benar dalam sebuah tatanan masyarakat.

it’s an old story tapi sering mengusik ketika atas nama tatanan dan kebenaran nilai menjadikan kita mampu membunuh karakter dan menghambat perkembangan manusia yang secara alami dan hakiki mempunyai hak untuk dihormati, tumbuh, dan berkembang. kita yang dengan bangga sering mengagungkan diri sebagai manusia-manusia berbudaya, bermoral, berpendidikan tinggi, dan beretika sering jatuh pada lubang penghakiman ketika berhadapan dengan dinamika atau kondisi di luar budaya kita, di luar ilmu, ajaran atau kebenaran yang kita anut. saya percaya bahwa ini adalah salah satu hal yang menyebabkan dunia ini menjadi tidak begitu nyaman untuk ditinggali bagi sebagian orang dan perdamaian dan cinta tidak kunjung datang di dunia.

mungkin ada baiknya ketika sejenak kita menundukkan kepala dan merendahkan diri untuk memberikan penghormatan kepada orang-orang yang berbeda dari kita dan kita anggap salah. karena sebenarnya benar atau salah amat sangat bias dan tergantung dari perspektif mana kita melihatnya. dan bukankah kita semua pun membawa aib dan ketidak sempurnaan pada diri kita? even perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan pun atas dasar mencari kebahagiaan dan ketentraman batin kita sendiri. lalu apa yang mau disombongkan??

indahnya ketika kita bisa menyapa para waria dengan senyuman sambil mengatakan aku mengasihimu, menerimamu apa adanya, dan mari kita hidup bersama di alam fana ini. kepada para gay, homosexual, pekerja seks komersial, dan banyak lagi kaum yang termarginalkan dan teralienasi dari lingkungan entah itu secara sosial ataupun budaya.

jabat tangan erat, senyuman, pelukan hangat itulah yang akan membuat dunia ini menjadi indah dan semakin nyaman untuk ditinggali oleh semua orang karena setiap individu merasa dihormati, dihargai, dan diterima apa adanya sehingga mereka bisa secara bebas memperkembangkan diri dan pada akhirnya membuat sebuah tatanan dunia yang lebih baik lagi.

terlalu tinggi atau terlalu jauh bermimpi? saya fikir tidak. cukup kembali ke diri kita masing-masing. lepaskan kacamata dan prasangka buruk serta melihat semua manusia secara adil dan dengan cinta sehingga kita tidak akan terjebak pada menghakimi.

selamat berproses dan berdinamika bersama, anda dan saya.

dalam cinta, wisnu

No comments: