Thursday, November 22, 2012

para pilihan yang menemani

sejauh mata memandang, hamparan menghijau yang membentang
di pucuk cakrawala sana, ada kabut abu-abu menggantung diam - mungkin itu polusi, atau mendung menunggu untuk menurunkan hujan
ruangan ini putih dan kosong, dari dinding, pintu, jendela, sampai satu-satunya kursi yang aku duduki, putih dan kosong..tidak ada lagi barang lain yang aku temui



"namaku kecerdasan.." satu suara memecah keheningan. aku akan menemanimu dengan ilmu dan pengetahuan, kau akan mengerti hal-hal besar yang terjadi di alam. orang akan mencarimu untuk bertanya tentang semua hal yang mereka tidak mengerti. bersama kita akan menjadi yang cendekia, menguasai jaman..

hujan mulai turun, rintik kecil air dalam gerimis menghapuskan kabut abu-abu
hamparan hijau itu mulai basah dan lebih merekah

"aku adalah yang rupawan.." sebuah suara lain memecah diam ku. orang-orang senang dekat denganku karena kekaguman yang mereka rasakan, keinginan untuk menjadi sepertiku. aku akan menghiasmu dengan keelokan sehingga tak jenuh semua mata yang memandang. bersamaku kita akan menjadi permata dunia yang selalu dibicarakan orang..

ruangan putih ini terasa lebih dingin saat hujan di luar
mungkin karena kosong sehingga dingin lebih leluasa menyergap dan memeluk erat

"aku adalah penerimaan..." lembut suara menyahut dari dekat jendela yang terbuka. orang setia bersamaku karena kenyamanan yang mereka dapatkan. aku memahamimu untuk semua hal yang engkau putuskan dan engkau lakukan, semua yang terjadi dan akan kau alami nanti. engkau akan tenang bersamaku karena aku mengerti - biarpun jaman terus berganti...

aku terhenyak saat kemudian muncul banyak suara lain yang mengikuti: kesabaran, penyerahan diri, nafsu, integritas, dan begitu banyak bermunculan.
suara-suara yang membentuk aura berputar mengelilingiku, menunjukkan keindahan masing-masing, menanti untuk ditarik dan dipeluk dalam ruangan putih kosong ini.

berapa lama kau bisa bertahan?! teriakku memecah sepi, membuncahkan emosi.

namun tak ada yang menjawab lagi, beberapa tersenyum, beberapa melengos, atau mengerling dalam tatapan yang tak pasti.

dan tanganku tak cukup lebar untuk memeluk mereka semua, seiring waktu yang berputar..



Monday, April 16, 2012

kita bersaudara, lalu apa?

tadi sore saya ikut misa di theresia, bacaan pertamanya tentang cara hidup jemaat pertama yang saling tolong menolong, saling mencukupi dari apa yang mereka miliki.
lalu saat homili, ada bagian dari khotbah romo yang menyentuh saya: benar bahwa kita berkumpul bersama sebagai satu saudara, tapi apakah benar kita kenal orang-orang yang duduk di sebelah kita?

apapun agama dan keyakinan yang kita pilih, kita menghidupinya dalam ritual yang kita lakukan bersama dengan orang lain. kita yang kristiani berkumpul bersama untuk misa atau kebaktian dan doa-doa bersama, kita yang muslim berkumpul berjamaah untuk sholat bersama atau pengajian. kita yang hindu mendaraskan doa bersama pada sang hyang widhi wasa. kita yang budha melafalkan paritta bersama di vihara.

betapa sering saat kita berkumpul menghidupi iman itu kita mengaku sebagai satu saudara. bersama-sama menyerukan agar tuhan hadir di tengah-tengah kita, untuk meneguhkan ikatan persaudaraan dan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali bersama.

lalu saat selesai ibadah, kita kembali menjadi orang-orang asing, yang hanya peduli pada hidup kita masing-masing. lupa bahwa berapa puluh menit sebelumnya kita menjadi saudara dalam iman dan pengharapan.

apa yang sebenarnya kita doakan, dan kita serukan? siapa sebenarnya yang kita anggap sebagai saudara?apakah hanya orang-orang yang kita sayang dan kita kenal: keluarga, pasangan, dan teman-teman kita?
apakah kita bersaudara jika kita bahkan tak tahu dan tak kenal orang-orang yang duduk di sebelah kanan dan kiri saat kita berdoa. hanya senyum dan anggukan basa basi untuk menghilangkan kekakuan yang terjadi.
kita tenggelam dalam dunia kita sendiri, dalam kebutuhan dan keinginan masing-masing. tak peduli apa yang terjadi dengan orang-orang di sekeliling kita, yang berdoa bersama sebagai satu saudara.
mungkin saudara-saudara di sebelah kanan dan kiri kita itu mempunyai masalah, butuh bantuan, ingin didengarkan. dan kita terlalu sibuk berdoa untuk diri kita sendiri.

mungkin ini saatnya bagi kita untuk berpikir, bahwa selain keluarga, pasangan, dan teman-teman kita. ada begitu banyak saudara kita yang lain yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. tidak selalu dalam bentuk material, mungkin sekedar didengarkan atau ditemani, dalam keluh kesah dan masalah mereka.

pada saat kita berdoa bersama agar tuhan datang membantu masalah-masalah kita, mungkin tuhan menggunakan setiap dari kita untuk saling membantu satu sama lain. tidak pernah ada kata salah dan terlambat untuk memulai saling perduli, bertanya dengan tulus: apa kabarmu hari ini? apakah kau baik-baik saja? mungkin dengan jalan mulai saling peduli dan berbagi itu kita membantu tuhan untuk menciptakan tatanan dunia baru, keluarga besar yang saling mengasihi sehingga hidup lebih indah dan mudah untuk dijalani..

tidak ada yang salah dengan mengusahakan yang terbaik pada hidup dan masa depan kita. tuhan mau kita menjadi yang terbaik sesuai dengan citranya. akan tetapi lebih dari itu, tuhan kita semua juga ingin agar kita tidak hanya peduli pada hidup kita - tetapi pada hidup teman dan saudara di sekitar kita.
bunda Teresa mengatakan: aku melihat tuhan dalam perjumpaan dengan orang-orang yang aku temui. tuhan hadir dalam perjumpaan kita dengan orang lain, dengan perduli dan membuka hati pada mereka. kita membuka diri pada tuhan untuk bertumbuh bersama, sebagai individu dan saudara.

Thursday, February 2, 2012

kehidupan di balik sampah, belajar dari anak-anak bantar gebang

beberapa minggu lalu sebelum imlek, perusahaan tempatku bekerja mengadakan kegiatan sosial bersama untuk para karyawan (dari yang aku dengar, ini hal baru dilakukan di indonesia meskipun secara global ini merupaan salah satu policy dan common activities perusahaan - so it is a good start)
dan karena ini hal baru maka peserta yang ikut pun hanya sedikit, dari total hampir 400 karyawan tak lebih dari 15 orang yang ikut (mungkin banyak yang masih punya banyak pekerjaan lain karena ini dilakukan di hari jumat siang)

but the show must go on, kami berkumpul saat istirahat siang dan dengan peserta yang ada berangkat bersama menuju lokasi menggunakan 1 bus kecil. di dalam bus kami merencanakan lagi apa yang akan kami lakukan di sana. kegiatan yang dilakukan cukup sederhana: mengajak anak-anak bermain dan menanamkan nilai-nilai baru kepada mereka selama permainan dan kunjungan kami. seperti layaknya sebuah kegiatan, besar ataupun kecil, tetap harus direncanakan.

satu jam lebih bermacet-macet di alan akhirnya sampailah kami di tempat tujuan: bantar gebang..

bantar gebang yang sekarang bukan lagi tempat pembuangan akhir akan tetapi telah menjadi tempat pengolahan sampah terpadu, terbesar di indonesia, terletak di bekasi dengan luas area 110,3 hektar
pengelolaan bantar gebang dipegang oleh pihak swasta (pt godang tua jaya dan pt navigat organic energy indonesia) yang terikat kontrak dengan pemerintah provinsi dki jakarta

pemandangan sampah yang mengunung menyambut saat bus kami memasuki area itu.tidak heran, truk masuk lebih dari 1000an per hari mengangkut total sampah 5000-6000 ton. sejauh mata memandang hanya gunung sampah yang terlihat.




bau sampah menggantung di udara, menyengat hidung kami. apalagi saat pintu bus dibuka dan kami mulai menuju perkampungan penduduk. udaranya sangat tidak higienis untuk ukuran manusia. pasti karena keadaanlah sehingga mereka bertahan di tempat ini. kerumunan lalat, lalat hijau dimana-mana, bahkan di atas makanan. sungguh bukan kondisi ideal untuk kehidupan.

kami disambut oleh relawan di tempat itu, perempuan muda berjilbab dengan wajah yang berseri. orang-orang cantik yang bersemangat inilah yang memberikan energi untuk tempat seperti ini. tak lama kemudian kami menuju sanggar tempat anak-anak biasa belajar dan bermain bersama.

sekitar 50an anak yang menyambut kami dengan gembira. perjumpaan yang indah melihat adek-adek itu. tatapan yang polos, mata yang besar, wajah yang berseri-seri melihat kedatangan orang-orang baru ke tempat itu. kami yakin bahwa banyak juga komunitas yang datang sebelum kami. kedatangan orang-orang luar itu akan selalu mereka sambut karena memberikan berkah dan pengalaman yang menyenangkan untuk mereka.
kami bermain bersama: story telling, prakarya, bermain kelompok, yang kemudian diakhiri dengan foto dan makan bersama. mereka sangat bersemangat. berlari-larian di tengah tumpukan sampah. tak peduli panas, bau sampah yang menyengat, maupun kumpulan lalat di sekitar. anak-anak tetaplah individu yang bergembira dimanapun mereka berada, dan mereka sangat suka bermain.

saat makan bersama sesudah bermain, aku melihat anak-anak itu, mereka makan dengan lahap meskipun lalt hijau hinggap di nasi mereka, seakan tak peduli pada bahaya terhadap kesehatan.

beberapa anak memilih untuk membawa pulang makanannya. saat aku tanya kenapa ngga maem di sini saja, mereka menjawab: sudah kenyang om, buat di bawa pulang saja.
anak-anak ini mengajarkan untuk berhemat, makan tidak berlebihan meskipun ada kesempatan, dan ingat kepada keluarga di rumah yang mungkin lebih butuh makanan ini. seakan tertampar ketika aku melihat gaya hidupku yang sok berlebih, bersenang-senang dan foya-foya seakan yang paling mampu, dan hanya mengutamakan kepentingan sendiri.

yah, anak-anak sampah ini, yang makan dari sampah (kata mereka saat menyanyi) sesungguhnya memberikan lebih banyak kepada kita yang datang ke tempat itu. bukan kita yang memberikan lebih banyak kepada mereka, bukan soal makanan, mainan, atau barang yang kita berikan, atau kegembiraan, tapi sesungguhnya kita yang mengambil banyak dari perjumpaan itu, kita yang belajar banyak dari mereka..

tentang kegembiraan, dimanapun engkau berada. tentang mensyukuri kehidupan, bagaimanapun kondisinya. tentang ketidak egoisan dan masih memikirkan orang lain, meskipun berkekurangan, dan masih banyak lagi. kearifan yang bisa kita bawa dalam kehidupan kita masing-masing. senyum mereka, tawa dan kegembiraan mereka, juga saat mengatakan: lain kali datang lagi yah - sesungguhnya adalah peringatan dari malaikat kepada setiap kita, untuk elalu bersyukur, untuk selalu berefleksi tentang cara hidup kita, bahwa masih banyak orang yang berkekurangan, dan bahwa kehidupan kita bukan untuk disia-siakan.

pulang dari tempat itu, baju dan tas kami bau sampah. kami jadi bau sampah. bau yang akan hilang pada saat kami mandi dan mencucinya, tapi semoga pelajaran yang kami dapat hari itu tentang hidup tidak hilang dan terlupakan. belajar dari malaikat-malaikat kecil, yang hidup di tengah tumpukan sampah bantar gebang..