Thursday, November 12, 2009

Tuhan, aku dan sesamaku - catatan tahun 2000

Deringan jam weker membangunkan aku dari mimpi indah tidur malamku. Hoahm...
kulirik jarum jam di sampingku, sudah pukul setengah tujuh, saat aku memulai aktivitas dan kegiatan keseharianku, mulai dari kuliah, praktikum, dan mengerjakan tugas-tugas yang lain.
Sejenak aku duduk termangu, merenungkan apa yang telah kujalani selama ini. Kubayangkan saat pertama kali aku diterima di universitas ini, universitas yang terkenal dan telah banyak meluluskan para sarjana terkenal. Kuikuti semua kegiatan dan proses-proses yang lain untuk beradaptasi dari seorang siswa menjadi seorang mahasiswa.
Anganku terus melayang kembali ke masa studiku dalam waktu satu tahun ini, ketika aku harus mengikuti kuliah-kuliah yang berjibun, ditambah dengan praktikum yang beraneka ragam. Aku ikuti semua itu dengan ambisi yang ada bahwa aku harus memperoleh nilai yang baik, apalagi ayah dan ibuku adalah orang-orang yang menempatkan prestasi dan pendidikan di atas segalanya. Waktuku terus kugunakan untuk belajar dan belajar, sehingga tanpa terasa aku menjadi orang yang tidak peduli dengan orang-orang dan keadaan di sekitarku, masa bodoh dengan mereka, yang penting aku harus bisa lulus cepat dengan nilai baik dan memberikan kebanggaan bagi keluargaku.
Tanpa terasa mataku menatap untaian doa di dinding kamarku, doa itu diberikan oleh seorang teman beberapa waktu yang lalu

Others

Lord, help me live from day to day
In such a self-forgetful way
That even when I kneel to pray
My prayer shall be for “others”
Help me in all the work I do
To ever be sincere and true
And know, that all I do for You
must needs be done for “others”
And when my work on earth is done
And my new work in Heaven’s begun
May I forget the crown I’ve won
while thinking still of “others”
“Others” Lord, yes, “others”
Let this my motto be
Help me to live for “others”
That I my live for thee...

Ketika kubaca untaian doa itu kata demi kata, entah kenapa hatiku terusik, anganku melayang semakin jauh ke masa laluku, saat aku berjanji pada Tuhan, untuk menjadi pelayanNya dalam hidupku ini. Saat aku merencanakan mau menjadi orang seperti apa aku ini. Saat itu betapa ku ingin menjadi sosok Yesus kecil, yang perduli pada orang-orang di sekitarNya, yang mau menjadi penolong saat mereka membutuhkan Dia tanpa harus terkekang oleh semua keegoisan dan kepentingan diri.
Air mataku mengalir tanpa terasa

No comments: