Thursday, July 21, 2011

jujur pada diri sendiri

saya suka dengan samuel mulia, kolumnis kompas yang setiap hari minggu muncul dengan tulisan-tulisannya yang menggelitik dan selalu menarik. menggelitik karena apa yang ditulisnya itu sebenarnya adalah potret kehidupan harian kita. menarik karena beliau menulis tanpa melukai, kenapa bisa begitu? samuel mulia mengajar melalui dirinya sendiri..tanpa malu dia buka kekurangannya, perasaan dan keinginan yang sangat manusiawi dalam segala positif dan negatifnya; untuk kemudian dia tertawakan dan kritik dirinya sendiri..yang membuat kita nyaman, dan belajar tanpa merasa diserang..

seperti samuel mulia, saya mencoba untuk menelanjangi diri sendiri dan kemudian berani menertawakan serta menceritakannya pada semua orang. bukan sebagai pemenuhan narsistis, tapi semoga bisa menjadi bahan permenungan. atau at least bacaan pengisi waktu luang.

sebagai pemegang kekuasaan tertinggi egositas dibandingkan semua makhluk lain, keinginan untuk selalu aman dan nyaman serta terlihat baik dan sempurna tanpa cacat selalu menjadi bagian dan kebutuhan mendasar dalam hidup saya.
kecenderungan itu yang membuat saya menjadi memilih-milih untuk bergaul dan lebih akrab dengan orang-orang yang satu ide atau punya kesamaan. ada rasa tidak aman di antara lingkungan orang-orang yang berbeda entah itu idealisme, cara pandang, pemikiran. apalagi jika saya tahu mereka tidak suka atau memusuhi saya.
perilaku ini yang membatasi pergaulan. sehingga mudah mengelompokkan orang dalam hitungan sahabat, teman dekat, teman biasa, teman yang harus dihindari, atau bahkan saingan dan lawan. tendensi yang ada ini kemudian diwujudkan melalui pengaruh, kekuasaan, dan apapun yang bisa dilakukan untuk membuat lingkungan turut dan sesuai dengan keinginan. supaya saya menjadi lebih nyaman ada di dalamnya..

untuk selalu terlihat baik dan sempurna tanpa cacat, saya sering menggunakan topeng-topeng yang bisa dipakai. entah itu kesopanan,keramahan, dan segala hal lain yang bisa membuat orang menjadi lebih suka dan nyaman di dekat saya.
sering jika ada masalah yang terpikirkan pertama kali adalah bagaimana bukan saya yang dipersalahkan tapi orang lain yang harus bertanggung jawab. alih-alih menghadapi secara kesatria, saya cenderung untuk melarikan diri dari masalah dan meninggalkannya tidak terselesaikan atau membuat orang lain menjadi korban.

dan sama seperti layaknya manusia yang berakal budi, saya juga sering sekali sadar akan kondisi ini. mencoba untuk mulai berubah dan menjadi lebih baik dalam semua hal. walaupun seringnya akan kembali jatuh dalam lubang yang sama untuk kemudian menyalahkan lagi semua orang selain diri saya sendiri. bahkan tuhan pun saya tempatkan dalam posisi yang berlawanan karena tidak memihak saya sepenuhnya.

tulisan ini tidak akan di akhiri dengan kesimpulan apapun, sama seperti tulisan samuel mulia yang sering kita jumpai terus setiap minggu, saya juga akan terus mencoba mencari tahu semua hal pada diri saya yang bisa saya tertawakan dan kritisi. tanpa harus muluk-muluk berjanji untuk berubah dan menjadi lebih baik, saya hanya akan jalani hidup ini semampu yang saya bisa. apapun adanya.
jika ada yang bisa diperbaiki dan dilakukan serta bermanfaat, so be it. jika ada kesalahan yang terulang dan dilakukan lagi, yah saya memang masih manusia.
tapi proses penyadaran dan pembelajaran ini, yang semoga menjadi milik kita semua. untuk tidak pernah puas dengan apa yang ada pada kita saat ini, meskipun kita sudah baik, atau terlihat baik, atu berusaha kita buat supaya terlihat baik..

perlu untuk sejenak melepaskan topeng-topeng yang selalu saya pakai ini, untuk melihat diri saya sendiri sebenarnya dan seutuhnya.

jujur saja pada diri kita masing-masing, jujur pada saya sendiri, tentang semua kelemahan saya, tentang semua hal buruk yang mesti saya ubah dan saya perbaiki jika waktu masih berpihak dan bersama hidup ini. sehingga setiap hari tidak akan menjadi hari yang terlewat dengan sia-sia...

salam...

No comments: