Friday, May 14, 2010

tentang belas kasihan dan pemberian

pemikiran ini muncul ketika sepanjang hari ini saya banyak berhenti di lampu merah dan hampir di semua lampu merah selalu ada yang mendekati saya untuk meminta uang.
mulai dari anak kecil yang merengek minta uang dengan alasan buat makan, ibu-ibu yang datang dengan wajah antara masam dan memelas, kemudian ibu-ibu lain yang membawa bayi, pengamen laki-laki, sampai waria yang datang menari dan meminta tanpa henti

tidak semua orang yang datang meminta itu saya beri, walaupun saat itu saya ada banyak uang kecil, saya memberi kepada orang yang dalam pandangan saya kasihan dan layak saya beri. kadang saya memberi bergantung pada mood saya. kalau sedang baik hati, siapapun yang datang saya beri. kalau sedang uringan atau mood kacau, mau memelas seperti apapun go to hell buddy!

malam ini saya memikirkan tindakan saya terkait dengan memberikan atau tidak uang recehan tersebut. mungkin saya yang terlalu pelit karena faktanya uang recehan itu tidak berarti banyakbagi saya saat ini dan seharusnya saya selalu memberi kepada semua yang meminta tanpa kecuali. tapi ada pemikiran lain yang mengatakan bahwa saya harus memberi kepada yang tepat, jangan sampai itu menjadikan kebiasaan atau uangnya dikumpulkan lalu dipakai membeli barang-barang yang malah tidak bermanfaat.
dari sini saja perdebatannya bisa panjang sampai ke level idealisme atau bahkan konsep yang lain...

yang saya pikirkan saat ini adalah apakah keputusan untuk berbelas kasih atau memberi itu dipengaruhi oleh logika? artinya saya akan memberi kepada orang yang menurut saya pantas untuk diberi, berapapun jumlahnya. ketika logika saya mengatakan orang ini layak untuk ditolong dan hati saya mendukungnya maka terjadilah belas kasihan itu. jika tidak, meskipun hanya recehan, mungkin tidak akan saya berikan..
hari ini saya baru saja memberikan uang satu juta kepada seseorang yang tidak saya kenal karena dia mengaku ibunya sakit jantung dan butuh uang untuk menebus obat di rumah sakit (ini saya tidak tahu apakah saya kasihan atau bodoh karena uang di rekening saya tinggal dua juta saat itu, tapi terserahlah, niat saya baik)

apakah ada faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi belas kasihan itu? sehingga belas kasihan itu tidak selalu bisa muncul? dan ketika kita muncul apakah kemudian ada syarat-syarat yang mengikuti? seperti misalnya saya harus tahu pemanfaatan uang ini untuk apa, apakah benar bantuan saya akan digunakan dengan sebagaimana mestinya?
ataukah belas kasihan seharusnya muncul tanpa syarat dan melampui semua logika yang ada?

masing-masing dari kita akan mempunyai jawaban yang berbeda terhadap pertanyaan di atas, tergantung dari sikap dan pemikiran kita, dari bagaimana kita memandang dan memaknai belas kasih itu sendiri.
dan tulisan ini juga saya buat bukan untuk memperdebatkan atau mencari pendapat dan sikap mana yang paling benar untuk kemudian seharusnya diaplikasikan...

apapun pendapat dan pandangan anda, pada akhirnya saya hanya bisa menutup tulisan ini dengan sebuah ajakan: teruslah berbelas kasih, teruslah memberi, jangan berhenti..
(dan ajakan ini berlaku untuk saya juga)

No comments: