Monday, April 26, 2010

and yet, do not be a reactive person

ini pengalaman di hari minggu kemarin.

hari minggu kemarin diawali dengan berangkat tidur pukul 3 pagi sesudah belajar untuk ujian dan mendengarkan curhatan beberapa teman. bangun pukul 6 langsung mandi dan bersiap untuk ujian di kampus jam setengah 8.

selesai ujian yang cukup melelahkan dan menguras pikiran, aku berangkat ke gereja sesudahnya karena di fikiranku kuliah berikutnya akan sampai jam 9 malam dan otomatis tidak bisa ke gereja sore seperti biasa.

sampai di halaman gereja suasananya ramai dan berisik sekali. rupanya sedang ada pameran sesudah misa. keributan itu masih terbawa sampai ke dalam gereja, mungkin aku yang datangnya kepagian jadi mereka belum berhenti untuk mempersiapkan misa berikutnya.
tapi di dalam gereja sudah ada doa bersama sebelum misa. entah suasana hati ku yang sedang jelek atau kecapekan tapi rasanya jadi kesal mendengar suara bising itu. ingin ku keluar dan mencabut kabel sound system itu agar berhenti bisingnya, atau menghardik mereka karena berisik saat orang-orang sedang berdoa di dalam gereja.

kekesalanku bertambah karena di sekitar aku duduk banyak sampah tisu yang bertebaran.
aku hanya bisa mengumpat ini orang kok pada nyampah sembarangan ngga aturan yah. tapi untuk memungutnya pun saat itu aku segan karena ini bekas siapa aku tak tahu.

tak lama kemudian suara-suara di luar gereja itu pun berhenti dan selang beberapa menit misa dimulai. dua bangku di sebelahku masih kosong..
tak berapa lama, ada seorang lelaki africano yang berdiri di dekatku sambil menunjuk-nunjuk kursi yang kosong di sebelahku. yes, you may sit there jawabku sambil menggerutu, ngomong kenapa tanya kosong apa ngga, boleh duduk di situ atau ngga. ngga bisa bahasa inggris yah...
sepuluh menit berselang, ada lelaki africano lain datang, kelihatannya teman dari lelaki pertama. yang ini lebih bisa bicara dia bilang excuse me dan tanpa menjawab aku memberinya jalan untuk lewat. kalau lelaki yang pertama tadi pendiam yang kedua ini kebalikannya. dia begitu percaya diri untuk berdoa bersama dan bernyanyi walau nadanya sering fals dan tidak sama. beberapa orang yang mendengar juga sampai menoleh ke arah kami. damn! umpatku saat itu this is totally suck membayangkan aku harus duduk di sebelahnya sepanjang misa.

but as other story goes, something happened:

ketika sedang persiapan komuni, si hitam besar mulut itu membungkukkan badannya dan mengumpulkan sampah-sampah serta tisu yang berserakan di sekitar kami duduk ke tengah kakinya. aku masih dengan apatis melihatnya, lah dikumpulin di tengah trus mau dipojokin atau disembunyikan pikirku saat itu. tapi ternyata aku salah, dia menggunakan kerta yang dipegangnya untuk meraup dan membungkus semua sampah itu jadi satu sehingga lantai di bawah kami jadi bersih. lalu dia menyimpan bungkusan kertas berisi sampah-sampah tadi di celana panjangnya karena tidak ada tempat sampah di kursi gereja..

aku merasa tertampar melihat apa yang dia lakukan. diriku yang sok suci menghardik orang yang membuat gereja kotor dengan membuang sampah sembarangan tapi tidak melakukan tindakan apapun untuk membersihkannya. si hitam ini memberiku contoh dengan langsung melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki kondisinya.

tiba-tiba semua berubah di perspektifku. si hitam tadi mungkin memang tidak bisa bernyanyi dengan baik, akan tetapi dia berusaha untuk turut berperan serta dalam memuji tuhan melalui apa yang dia punya melalui kebiasaan suara kerasnya.
orang-orang yang berisik di halaman gereja tadi bukannya tidak perduli tapi mungkin mereka masih berfikir misa belum dimulai dan mereka dengan semangat menarik peserta pameran itu dengan kebisingan dan suara-suara keras yang mereka lakukan.

selesai komuni, setelah misa ketika kembali ke kampus aku berfikir.
begitu mudah bagiku untuk menghakimi orang atas apa yang mereka lakukan ketika itu tidak sesuai dengan apa yang aku kehendaki. untuk menganggap bahwa mereka ini salah.
kadang pikiranku tidak terlalu panjang untuk menjangkau latar belakang di balik apa yang mereka lakukan. hatiku tidak terlalu lapang untuk bersabar dan mencoba mencerna lebih dahulu. kedegilanku ini membuat aku begitu mudah reaktif dan menghakimi orang, juga orang-orang di sekitarku, yang pada akhirnya memperburuk situasi yang terjadi.

aku tidak mau membuat reasoning kenapa aku bisa begitu reaktif, setiap dari kita pasti punya reasoning masing-masing. akan tetapi yang mau aku sharingkan adalah jika saja kita bisa sedikit lebih sabar dan menahan diri... sabar disini bukan hanya berarti tidak meledakkannya akan tetapi untuk juga berusaha tidak berfikir negatif untuk semua hal yang tidak kita kehendaki yang dilakukan orang lain, mungkin kita akan bisa lebih mudah tersenyum, mungkin kita akan bisa lebih mudah memaafkan, mungkin kita akan bisa lebih mudah melihat cinta dan keindahan yang ada.

aku mungkin masih sangat reaktif, karena untuk berubah tidak semudah membalikkan telapak tangan ku. akan tetapi aku mau berusaha untuk menjadi lebih rendah hati dan sabar karena efek yang ditimbulkan dari sikap ini bisa menjadi bola salju yang menyakiti semua, termasuk diriku sendiri..

1 comment:

moistamoia said...

mas ku.. mas ku.. dirimu mungkin bisa memarahi atau menghardik mereka yang berisik diluar itu, tapi tisu itu ga bisa lompat sendiri ke tempat sampah.. hehehe.. aku merasa mas semakin keras sama diri mas sendiri.. lunakkan dengan senyum, mas.. :)