Thursday, February 2, 2012

kehidupan di balik sampah, belajar dari anak-anak bantar gebang

beberapa minggu lalu sebelum imlek, perusahaan tempatku bekerja mengadakan kegiatan sosial bersama untuk para karyawan (dari yang aku dengar, ini hal baru dilakukan di indonesia meskipun secara global ini merupaan salah satu policy dan common activities perusahaan - so it is a good start)
dan karena ini hal baru maka peserta yang ikut pun hanya sedikit, dari total hampir 400 karyawan tak lebih dari 15 orang yang ikut (mungkin banyak yang masih punya banyak pekerjaan lain karena ini dilakukan di hari jumat siang)

but the show must go on, kami berkumpul saat istirahat siang dan dengan peserta yang ada berangkat bersama menuju lokasi menggunakan 1 bus kecil. di dalam bus kami merencanakan lagi apa yang akan kami lakukan di sana. kegiatan yang dilakukan cukup sederhana: mengajak anak-anak bermain dan menanamkan nilai-nilai baru kepada mereka selama permainan dan kunjungan kami. seperti layaknya sebuah kegiatan, besar ataupun kecil, tetap harus direncanakan.

satu jam lebih bermacet-macet di alan akhirnya sampailah kami di tempat tujuan: bantar gebang..

bantar gebang yang sekarang bukan lagi tempat pembuangan akhir akan tetapi telah menjadi tempat pengolahan sampah terpadu, terbesar di indonesia, terletak di bekasi dengan luas area 110,3 hektar
pengelolaan bantar gebang dipegang oleh pihak swasta (pt godang tua jaya dan pt navigat organic energy indonesia) yang terikat kontrak dengan pemerintah provinsi dki jakarta

pemandangan sampah yang mengunung menyambut saat bus kami memasuki area itu.tidak heran, truk masuk lebih dari 1000an per hari mengangkut total sampah 5000-6000 ton. sejauh mata memandang hanya gunung sampah yang terlihat.




bau sampah menggantung di udara, menyengat hidung kami. apalagi saat pintu bus dibuka dan kami mulai menuju perkampungan penduduk. udaranya sangat tidak higienis untuk ukuran manusia. pasti karena keadaanlah sehingga mereka bertahan di tempat ini. kerumunan lalat, lalat hijau dimana-mana, bahkan di atas makanan. sungguh bukan kondisi ideal untuk kehidupan.

kami disambut oleh relawan di tempat itu, perempuan muda berjilbab dengan wajah yang berseri. orang-orang cantik yang bersemangat inilah yang memberikan energi untuk tempat seperti ini. tak lama kemudian kami menuju sanggar tempat anak-anak biasa belajar dan bermain bersama.

sekitar 50an anak yang menyambut kami dengan gembira. perjumpaan yang indah melihat adek-adek itu. tatapan yang polos, mata yang besar, wajah yang berseri-seri melihat kedatangan orang-orang baru ke tempat itu. kami yakin bahwa banyak juga komunitas yang datang sebelum kami. kedatangan orang-orang luar itu akan selalu mereka sambut karena memberikan berkah dan pengalaman yang menyenangkan untuk mereka.
kami bermain bersama: story telling, prakarya, bermain kelompok, yang kemudian diakhiri dengan foto dan makan bersama. mereka sangat bersemangat. berlari-larian di tengah tumpukan sampah. tak peduli panas, bau sampah yang menyengat, maupun kumpulan lalat di sekitar. anak-anak tetaplah individu yang bergembira dimanapun mereka berada, dan mereka sangat suka bermain.

saat makan bersama sesudah bermain, aku melihat anak-anak itu, mereka makan dengan lahap meskipun lalt hijau hinggap di nasi mereka, seakan tak peduli pada bahaya terhadap kesehatan.

beberapa anak memilih untuk membawa pulang makanannya. saat aku tanya kenapa ngga maem di sini saja, mereka menjawab: sudah kenyang om, buat di bawa pulang saja.
anak-anak ini mengajarkan untuk berhemat, makan tidak berlebihan meskipun ada kesempatan, dan ingat kepada keluarga di rumah yang mungkin lebih butuh makanan ini. seakan tertampar ketika aku melihat gaya hidupku yang sok berlebih, bersenang-senang dan foya-foya seakan yang paling mampu, dan hanya mengutamakan kepentingan sendiri.

yah, anak-anak sampah ini, yang makan dari sampah (kata mereka saat menyanyi) sesungguhnya memberikan lebih banyak kepada kita yang datang ke tempat itu. bukan kita yang memberikan lebih banyak kepada mereka, bukan soal makanan, mainan, atau barang yang kita berikan, atau kegembiraan, tapi sesungguhnya kita yang mengambil banyak dari perjumpaan itu, kita yang belajar banyak dari mereka..

tentang kegembiraan, dimanapun engkau berada. tentang mensyukuri kehidupan, bagaimanapun kondisinya. tentang ketidak egoisan dan masih memikirkan orang lain, meskipun berkekurangan, dan masih banyak lagi. kearifan yang bisa kita bawa dalam kehidupan kita masing-masing. senyum mereka, tawa dan kegembiraan mereka, juga saat mengatakan: lain kali datang lagi yah - sesungguhnya adalah peringatan dari malaikat kepada setiap kita, untuk elalu bersyukur, untuk selalu berefleksi tentang cara hidup kita, bahwa masih banyak orang yang berkekurangan, dan bahwa kehidupan kita bukan untuk disia-siakan.

pulang dari tempat itu, baju dan tas kami bau sampah. kami jadi bau sampah. bau yang akan hilang pada saat kami mandi dan mencucinya, tapi semoga pelajaran yang kami dapat hari itu tentang hidup tidak hilang dan terlupakan. belajar dari malaikat-malaikat kecil, yang hidup di tengah tumpukan sampah bantar gebang..