Friday, November 26, 2010

kesenangan apa yang kita cari sebenarnya

2 minggu yang lalu saya diajak teman saya untuk dugem di bilangan segitiga emas jakarta. ada party ulang tahun salah satu pemilik klab di situ. lu bisa minum apa saja bro, free fall kata teman saya, saya mengiyakan karena memang sudah lama sekali tidak minum liquor dan masuk ke klab lagi.
jam 11 malam pulang dari kantor saya tidak pulang tetapi langsung menuju ke sana, tidak usah mandi atau jaga penampilan cuman mau minum ini pikir saya.
ternyata suasanya meriah sekali. ada beberapa artis dan penyanyi yang datang dan semuanya wangi serta menarik. saya jadi agak culun rasanya tapi ya sudahlah lah wong saya memang pengin datang untuk minum. dan jadilah malam itu saya minum dengan enaknya :)

saya mulai dikenalkan oleh teman-teman saya ke beberapa orang di situ. yang berulang tahun baru berumur tiga puluh tahun; wah kaya sekali baru 30 sudah jadi pemilik klab pikir saya (sekarang saya teringat salah satu dari 50 perempuan berpengaruh di dunia yaitu salah satu VP Google baru berusia 35 tahun, bos saya regional manager south east asia baru berusia 33 tahun), kemudian saya dikenalkan ke beberapa sosialita party jakarta yang lain. nah yang di ujung itu god father guwe bro, salah satu komisaris group besar di indonesia. saya mangguk-mangguk sambil bersalaman (siapa tahu bisa di rekrut jadi staf ahli komisaris atau direktur pikir saya)

teman-temanmu ini kerjanya apa bos? tanya saya, ngga tau gw nggak pernah tanya. ketemu aja kalau party, siangnya ngga ngerti gw jawab teman saya dengan cueknya. saya tetap mengangguk-angguk, entah mengerti atau karena otak saya mulai dipengaruhi alkohol. pandangan mata saya menatap sekeliling, para artis, sosialita itu, kemudian berhenti pada si bapak komisaris;
usianya pasti sudah lebih dari 50 tahun dan dia kelihatan capek sebenarnya, dikelilingi dan diciumi oleh banyak perempuan cantik di sekitarnya si bapak nampak mulai kelelahan. dia mulai duduk, terlihat terkantuk-kantuk dan sempat tertidur di kursinya sambil duduk. saat orang datang untuk bersalaman dan menyapanya, si bapak nampak kaget, berusaha tersenyum, lalu kemudian mengantuk dan tidur lagi (pikir saya kenapa tidak pulang saja toh pak sudah lewat tengah malam juga mbok ya jaga kondisi).

lalu saya mulai sok sibuk menganalisa kenapa si bapak dan orang-orang ini termasuk saya datang, karena kenal, diundang, sebagai teman atau rekanan bisnis mungkin
atau karena mencari kesenangan dengan minum (seperti saya) dan datang ke tempat seperti ini untuk relax, menari, dan melepas kepenatan bergaul dengan teman-teman.
tidak ada yang salah dengan semua alasan itu tentu saja, sekali lagi ini hanya pikiran saya yang menganalisa...


lalu saya menganalisa lagi kenapa tadi setelah makan malam saya bersama saya ikut teman-teman saya datang ke salah satu klab di hotel bintang 5 di bangkok ini untuk minum, atau having fun with girls begitu kata mereka; instead of untuk pulang ke hotel dan beristirahat karena minggu ini begitu sibuk dengan pekerjaan.
mungkin alasan yang sama dengan orang-orang yang datang ke party teman saya itu dua minggu yang lalu.

tapi ternyata rasanya kini tidak lagi sama kesenangannya. saya tidak lagi terlalu menikmati minum dan suasananya. atau mungkin saya yang sudah menua atau tidak gaul lagi, saya tidak tahu
saya lebih menikmati kesenangan yang lain, dengan membaca dan membalas email kantor kemudian menulis blog sambil makan phad thai gong dengan jus semangka ini. walaupun hotel ini besar dan dingin sekali untuk seorang diri
apakah ini kesenangan yang lebih sehat atau kesenangan lain sesaat saya juga tidak tahu...

apa yang sebenarnya kita cari...

Wednesday, November 24, 2010

masihkah ada ketulusan yang benar-benar murni?

judul di atas mungkin terlihat sarkastik dan agak bodoh menurut saya.
kalau sudah tulus yah seharusnya tidak ada bumbu-bumbu lain yang menyertai atau kepentingan-kepentingan lain yang melekat pada tindakan yang dilakukan.
jika masih ada kepentingan lain apapun itu maka pastilah itu tidak tulus..

lalu jika demikian apakah memang ketulusan itu ada?

mengaca pada pengalaman yang sering dijumpai di tempat kerja kita masing-masing
banyak orang yang mengatakan saya ini murni mengerjakan semua tugas dan tanggung jawab saya bahkan melakukan effort lebih demi kemajuan dan kebaikan perusahaan. saya tulus, tidak punya tendensi dan pamrih apa-apa selain kemajuan dan kebaikan perusahaan itu sendiri.
well, it sound clear and convincing. berarti memang ketulusan itu ada donk.
indahnya jika memang apa yang diucapkan itu dilaksanakan dengan hati dan pikiran yang sama tanpa terkotori oleh ambisi atau kehendak pribadi demi pencapaian kepuasan diri.

mengaca pada kehidupan personal dan sosial kita seberapa sering kita melakukan sesuatu tanpa ada kepentingan atau pamrih lain di belakangnya. entah itu hanya untuk dipuji, digemari, dianggap care, baik, dll

dan celakanya banyak juga orang yang mulai percaya bahwa ketulusan itu tidak pernah ada. tidak ada ketulusan (apalagi yang murni), semua pasti punya pamrih di belakangnya
dan ketika kita mencoba untuk melakukan sesuatu hal yang tulus kepada orang-orang di sekitar kita kadang yang kita dapat bukanlah feedback yang semestinya akan tetapi justru kecurigaan atau negative feedback: tujuanmu apa sebenarnya?
walah, how messy the life is..

tapi apakah benar bahwa ketulusan itu tidak ada?

teman kantor saya mengetuk kamar mengajak diskusi presentasi jadi tulisan ini berhenti sampai di sini dengan pertanyaan untuk kita semua, anda dan saya, apakah kita bisa untuk tulus?

salam,