tadi sore saya pergi ke warung tegal di dekat tempat saya tinggal untuk mengisi perut setelah seharian kosong tidak terisi apapun selain air putih.
suasana warteg itu tidak terlalu ramai, ada empat orang yang sedang menghabiskan makanannya. "makan apa mas?" tanya mbak si penjual dengan ramah, kelihatannya dia habis mandi karena rambut panjangnya masih basah dan wajahnya segar berseri.
saya memilih menu makanan saya sore itu, "hmm harus yang bergizi tapi tidak menambah lemak di tubuh" pikiran saya ketika menunjuk satu demi satu sayur dan lauk yang saya inginkan. kemudian saya memesan teh tawar hangat untuk minumnya.
tidak berapa lama 4 orang yang terlebih dahulu makan sebelum saya satu persatu menyelesaikan makannya, membayar kemudian meninggalkan warung itu, tinggal mbak penjual dengan saya.
mungkin karena merasa pembelinya tinggak saya dan belum banyak yang datang lagi (saya datang lebih awal untuk makan malam karena baru jam setengah enam sore, langit masih terang), mbak itu kemudian menghidupkan radio. tidak berapa lama kemudian mengalun lagu-lagu dangdut dengan suara perempuan yang mendayu-mendayu. dikeraskannya suara radio itu sehingga bisa terdengar sampai ke luar warung. beberapa orang yang lewat menoleh karena suara lagu dangdut itu, tapi si mbak penjual tetap saja sambil tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama lagu. saya jadi geli sendiri melihatnya begitu menikmati lagu-lagu dangdut itu.
saya perhatikan terus penjual makanan itu kemudian saya ingat lagi, dia memang ramah, tidak hanya kepada saya tetapi juga kepada pembeli yang lain. mungkin memang itu sebuah keharusan sebagai penjual akan tetapi juga mungkin karena memang sifatnya demikian. saya tidak tahu, dan saya melihat keramahan dan cara menikmati lagu itu sebagai cara si mbak memilih menjalani kehidupan ini.
selesai makan sambil membayar sambil membayar saya mencoba membuka percakapan, "mbak, keras banget muter lagu dangdutnya. suka yah?" tanya saya. sambil tersenyum dia berkata "iyah mas, lagunya enak didengarkan sore-sore gini". "emang ngga malu didengarkan orang di luar, mana suaranya kenceng banget" celetuk saya. "biarin aja, ngga ganggu orang ini" jawab dia masih sambil tersenyum dan memberikan kembalian kepada saya.
dalam perjalanan pulang, saya memikirkan lagi percakapan sederhana di warteg tadi. membandingkan hidup mbak penjual makanan tadi dengan hidup saya, dan dengan kehidupan orang-orang pada umumnya. saya berfikir mbak itu tidak mungkin tidak punya masalah, entah memikirkan apakah makanannya akan habis malam ini, apa yang akan dia beli dan dimasak besok pagi, sampai kapan warungnya akan bertahan, apa yang akan terjadi dengan hidupnya, dan mungkin masih banyak lagi. tidak berbeda dengan kita, anda, saya, dan orang-orang lain yang memiliki banyak pikiran dan masalah dalam hidup ini.
yang menarik adalah mbak itu memilih untuk tetap menjalani hidupnya dengan gembira, mandi di sore hari sebelum melayani pembeli sehingga tetap segar dan menarik orang untuk tidak malas makan di warungnya karena penjualnya kumuh misalnya. ramah dan murah senyum, kemudian di saat senggang melakukan hal-hal yang membahagiakan dan bisa dia nikmati. "tidak ganggu orang ini" prinsipnya ketika melakukan hal yang dia suka.
mungkin bukan sebuah pilihan yang mudah untuk selalu dilakukan setiap hari, mungkin tidak selalu dia akan ramah atau tersenyum terus, akan tetapi paling tidak dalam pandangan saya dia mencoba menjalani hidupnya dengan gembira dan dalam sikap positif.
ini mungkin sebuah teladan bagi kita, anda dan saya, tentang bagaimana sekali lagi kita melihat kehidupan ini. masalah? itu pasti tidak akan pernah berhenti. mungkin karena itulah kita dikaruniai akal budi.
jika demikian mungkin ada baiknya kita mengikuti mbak penjual tadi, live the life the best that we can. "tidak ganggu orang ini" tidak berarti kita menjadi tidak perduli akan tetapi lebih bahwa kita lakukan yang kita yakini dan kita bahagia dengan apa yang kita lakukan.
selamat menikmati hidup ini :)
No comments:
Post a Comment