Monday, April 16, 2012

kita bersaudara, lalu apa?

tadi sore saya ikut misa di theresia, bacaan pertamanya tentang cara hidup jemaat pertama yang saling tolong menolong, saling mencukupi dari apa yang mereka miliki.
lalu saat homili, ada bagian dari khotbah romo yang menyentuh saya: benar bahwa kita berkumpul bersama sebagai satu saudara, tapi apakah benar kita kenal orang-orang yang duduk di sebelah kita?

apapun agama dan keyakinan yang kita pilih, kita menghidupinya dalam ritual yang kita lakukan bersama dengan orang lain. kita yang kristiani berkumpul bersama untuk misa atau kebaktian dan doa-doa bersama, kita yang muslim berkumpul berjamaah untuk sholat bersama atau pengajian. kita yang hindu mendaraskan doa bersama pada sang hyang widhi wasa. kita yang budha melafalkan paritta bersama di vihara.

betapa sering saat kita berkumpul menghidupi iman itu kita mengaku sebagai satu saudara. bersama-sama menyerukan agar tuhan hadir di tengah-tengah kita, untuk meneguhkan ikatan persaudaraan dan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali bersama.

lalu saat selesai ibadah, kita kembali menjadi orang-orang asing, yang hanya peduli pada hidup kita masing-masing. lupa bahwa berapa puluh menit sebelumnya kita menjadi saudara dalam iman dan pengharapan.

apa yang sebenarnya kita doakan, dan kita serukan? siapa sebenarnya yang kita anggap sebagai saudara?apakah hanya orang-orang yang kita sayang dan kita kenal: keluarga, pasangan, dan teman-teman kita?
apakah kita bersaudara jika kita bahkan tak tahu dan tak kenal orang-orang yang duduk di sebelah kanan dan kiri saat kita berdoa. hanya senyum dan anggukan basa basi untuk menghilangkan kekakuan yang terjadi.
kita tenggelam dalam dunia kita sendiri, dalam kebutuhan dan keinginan masing-masing. tak peduli apa yang terjadi dengan orang-orang di sekeliling kita, yang berdoa bersama sebagai satu saudara.
mungkin saudara-saudara di sebelah kanan dan kiri kita itu mempunyai masalah, butuh bantuan, ingin didengarkan. dan kita terlalu sibuk berdoa untuk diri kita sendiri.

mungkin ini saatnya bagi kita untuk berpikir, bahwa selain keluarga, pasangan, dan teman-teman kita. ada begitu banyak saudara kita yang lain yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. tidak selalu dalam bentuk material, mungkin sekedar didengarkan atau ditemani, dalam keluh kesah dan masalah mereka.

pada saat kita berdoa bersama agar tuhan datang membantu masalah-masalah kita, mungkin tuhan menggunakan setiap dari kita untuk saling membantu satu sama lain. tidak pernah ada kata salah dan terlambat untuk memulai saling perduli, bertanya dengan tulus: apa kabarmu hari ini? apakah kau baik-baik saja? mungkin dengan jalan mulai saling peduli dan berbagi itu kita membantu tuhan untuk menciptakan tatanan dunia baru, keluarga besar yang saling mengasihi sehingga hidup lebih indah dan mudah untuk dijalani..

tidak ada yang salah dengan mengusahakan yang terbaik pada hidup dan masa depan kita. tuhan mau kita menjadi yang terbaik sesuai dengan citranya. akan tetapi lebih dari itu, tuhan kita semua juga ingin agar kita tidak hanya peduli pada hidup kita - tetapi pada hidup teman dan saudara di sekitar kita.
bunda Teresa mengatakan: aku melihat tuhan dalam perjumpaan dengan orang-orang yang aku temui. tuhan hadir dalam perjumpaan kita dengan orang lain, dengan perduli dan membuka hati pada mereka. kita membuka diri pada tuhan untuk bertumbuh bersama, sebagai individu dan saudara.